Contra

7.9K 1.4K 1.8K
                                    

Awalnya, aku sempat menganggap Vincent hanya akan sekedar memberi kecupan kecil di sudut bibir demi membuat para penumpang kapal berhenti mengoceh-berteriak.

Tapi ketika ia memiringkan kepalanya lalu mulai mendesak lidahnya masuk, aku seketika memekik termundur, namun kedua tangannya dengan cepat terangkat menahani posisi wajahku.

Dan terjadilah ciuman sungguhan yang tak kusangka itu.

Oh Ya Tuhan!

Orang-orang disekitar berteriak semakin riuh memekakkan telinga ketika aku menggeliat merasakan rasa anggur menguar dari mulut Vincent, seakan ia habis menenggak segelas wine dulu mungkin di heli tadi sebelum menciumku.

Jantungku sudah berdetak keras tak karuan.

Persis seperti saat ia mengakui perasaannya padaku waktu itu, bayangan pertama kali menemukannya kembali berkelebat cepat di pikiranku.

Betapa sudah sangat jauh berubahnya perkembangan 'interaksi' antara kami ini.

Dan ini sungguh bukan apa yang kubayangkan ketika awal menolongnya keluar dari kotak kurungnya itu.

Tangan Vincent didaguku terasa merileks.

Ia menyudahi ciumannya.

Namun aku tetap membatu di tempat,

otakku sudah benar-benar terhenti.

Hanya hatiku saja masih terus bergerak-bergolak, merasa tak enak.

Merasa, seperti habis mengkhianati seseorang.

"I Love you,"
Vincent kembali mengucapkan pengakuannya pelan membuatku keluar dari lamunan.
"Lucy,"
Ulangnya lagi pelan, seakan hanya ingin diriku saja yang mendengar ini.
"I Love you. Really Love you."
Matanya menyorot penuh kesungguhan.
"Bisakah kau memberiku kesempatan?"

Kuhembuskan napas.
"Vincent,"
Sebutku sama pelan, berusaha menjelaskan.
"Masalahnya aku- oh Ya Tuhan, seharusnya aku dari awal bilang padamu-"

"Bilang apa? Aku sudah tahu kok hatimu masih tertambat pada kenalanmu dulu itu. Tapi saat ini dia sudah melanjutkan hidup bukan?"

Aku menelan ludah. Kembali merasakan sedih kekecewaan itu.

Kekecewaan yang timbul karena salahku sendiri.

Aku mengerjap, berusaha menahan kesedihan dengan melihat ke arah keriuhan para penyintas disekitar kapal yang masih bertepuk-tepuk tangan.

"Our favorit couple!"

"My goodness Lucian! Vincent!"

"Bisa lambaikan tangan kesini?"

"Say hai dong ke Tiktok-ku!"

"Vincent please jaga Lucian dari semua zombie itu!"

"Dia sudah dengan perempuan lain, kau yang bilang sendiri- jadi sampai kapan kau mau tetap memikirkan dia? Jelas kau tidak terlalu berarti baginya kalau dia melupakanmu secepat itu."

"Vincent,"
Hembusku benar-benar jadi mau menangis lagi.

"Tunggu! Jangan menangis Lucy, kumohon. Ada aku disini yang setia menunggumu."
Ia maju memelukku erat.
"Please, please Lucy! give me a chance."

Aku memejamkan mata sekilas sebelum membuka kembali.

Dan entah bagaimana, pandanganku bisa pas sekali dengan kakakku yang berdiri di pinggir lantai dua kapal.

Regi dari kejauhan memberiku senyuman disertai anggukan dukungan diantara para tentara disekitarnya yang bertepuk tangan seperti para penumpang kapal lain.

RED CITY : ANNIHILATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang