Oblivion

15.1K 2.6K 153
                                    


"Tidak bisa!"

Pilot Denis seperti sudah akan menonjoki layar kendali didepannya yang terus-menerus memunculkan tulisan reboot failed.

Ia menoleh padaku dan Regi yang berdiri memelototinya dipintu kokpit.

Oh god..

Raut wajahnya berhasil meneguhkan rasa takutku.

"Tak ada yang bisa dilakukan!"
Lanjutnya lirih.
"Kalian lihat sendiri kan aku sudah mencoba mengubahnya selama hampir sejam-"

"Ada apa sih memang dengan pulau kosong itu?!"
Desakku kembali.
"Untuk apa mereka mau membawa kita kesana-"

"Aku juga tidak tahu!"
Bentaknya seraya beranjak berdiri dari kursi kendali.
"Sumpah! dan aku sudah mencoba segala cara yang ada diotakku ini untuk merub-"

"Tapi ada satu cara yang awal tadi kau sebut-sebut!"
Aku bersikeras.
"Dengan melepas mesin komputer ini dari kendali-"

"Terlalu beresiko!"
Pilot Denis menyela dengan cepat.
"Kalau kita salah melepas sambungan mesinnya, yang ada heli ini akan terjun jatuh seperti batu dan dengan ketinggian segini menghantam laut bisa berpotensi meledak-"

Meledak.

Aku memandangi nanar instrumen penunjuk ketinggian heli.

Setelah 'diambil alih', heli ini balik terbang menuju tujuan awal dengan ketinggian kembali menyentuh angka dua setengah kilometer diatas permukan laut.

"Dan dengan fuel minim seperti ini"
Regi berkomentar dengan menatap ke instrumen penanda bahan bakar heli yang sudah berkedip-kedip merah, sekarat.
"Seakan dikhususkan untuk perjalanan satu arah saja-"

"Jadi"
Potongku.
"Kita benar-benar akan jatuh?"

.

.

Tak ada yang menjawabku.

"Ayolah kalian,"

Mataku memandang penuh harap dua tentara dihadapanku.

Berharap jika ada satu,

Satu ide saja yang dapat dilakukan untuk mengcancel bencana ini.

"Ti...dak adakah cara-"

"Tidak ada Lucy"
Kata Regi final.

Ia bergerak menggulung tinggi lengan kemeja bernoda darahnya untuk mengintip jam analog dipergelangan tangan.

"Estimasiku, kita akan jatuh lima belas menit sebelum bisa mencapai pulau itu. Ketika bahan bakarnya habis, mesin ini akan mati perlahan.."
Ia memegang dagunya.
"Sekiranya jatuhnya menukik, bukan menghantam lurus -"

"Kalian sudah gila ya?! Kenapa kita tak loncat saja segera dari heli ini?!"

Aku mengerjap mendengar suara repet histeris yang berada tak jauh dibelakangku.

Suara Farel.

Saking terlalu fokusnya, aku sampai melupakan keberadaan dua orang peneliti yang ikut bersama kami juga.

"Buka pintu belakangnya dan kita segera terjun ke laut-"

"Bukankah kau seorang ilmuan peneliti?"
Tandas Regi.
"Masa kau tak bisa memperkirakan apa dampaknya pada tubuh manusia jika melompat dari ketinggian seperti ini tanpa parasut-"

"Dan apa hah? jadi kita pasrah saja bakal mati?!"
Farel beranjak maju, meninggalkan Marsia yang masih duduk lesu dikursinya dengan seatbelt yang masih terikat rapat.
"Jadi sama saja bukan? Mati karena melompat atau mati dengan jatuh bersama heli ini-"

RED CITY : ANNIHILATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang