-Left Behind-

9.6K 1.8K 294
                                    

"Sudah kurang lima,"

"Gerald jangan mulai-"

"Kurang lima Gery-"

"Kau sudah membicarakan ini dari pagi-"

"Itu jumlah signifikan!"

"Tapi hanya lima!"

"Per item Gery! Bahkan item untuk bantuan medik! Tidakkah kau merasa khawatir-"

"Kita semua tau ini akan terjadi bukan? Cepat atau lambat-"

"Tapi ini terlalu cepat! Hal ini normal terjadi setidaknya- ya setidaknya dua- tiga bulan?"

"Argh!"
Gery menggaruk frustrasi kepalanya seraya mempercepat langkah jalan gaduhnya dikoridor kapal Atmaja yang sempit.

"Bakal botak dini deh kita gara-gara stress terus!"

Moto pemikiran 'masalah boleh datang dan pergi namun masalah tidakkan bisa memiliki jiwaku' sudah hampir pudar maknanya bagi Gery Raditya dan Gerald Mikhail.

Gery terus menyangkal kekhawatiran mengenai kiriman suplai makanan yang dikurangi secara drastis berbanding terbalik dengan Gerald yang tak hentinya menjadikan hal itu topik utama pembicaraan per-jam.

Nyatanya saat ini perut Gery sampai ikut melilit saking stressnya sampai ia berpikir mungkin ada baiknya kesetresannya tak dipendam, dikeluarkan dengan terus mengeluh seperti yang lain.

"Oke-oke-"
Gerald mengepal-ngepalkan tangan.
"Mungkin ini hanya sementara, ya karena mandek di bagian pengiriman diluar sana-"

"Benar-"
Gery senang mendengar perubahan pemikiran positif sohibnya.
"Hanya karena mandek. Semuanya masih aman terkendali."

"Yap, takkan ada pertikaian karena perebutan makanan-atau nanti saling tusuk menusuk- Hei!"
Gerald disusul Gery kompak menyapa satu tentara yang hampir bertabrakan dengan mereka dibelokan koridor.

Setelah tentara itu mengangguk, lanjut berjalan menjauh, Gerald melanjutkan bisik-bisiknya.

"Eeh dia siapa namanya-kita suka ketemu dianjungan bawah-"

"Gatau."
Jawab Gery singkat. Mereka kesulitan menghapal banyak nama. Dan memutuskan untuk memberi semua tentara dengan nama 'Hei'.

"Sudah mau jam setengah dua belas-ajak Sam juga tidak?"
Gery bertanya sambil menatap jam tangannya. Mereka saat ini melangkah melewati kamar Sam yang berada tepat disamping kamar mereka.

"Sudah tidur paling, ayo! semoga saja masih ada makanan di pantry."

Mereka melewati lorong kamar, lurus menuju pintu pantry.

Mereka pikir semua penghuni kapal sudah terlelap. Namun mendekati pintu pantry, terdengar suara pembicaraan teredam.

Gerald mengangkat kedua alisnya sebelum mendorong buka pintu.

"Oooh Hei boys!"
Sapa tiga anggota tentara yang duduk santai didepan meja yang berserakan kulit kacang serta empat botol beer lembab dingin.
"Dari mana saja kalian?"

Gerald dan Gery kompak memberi senyum lebar ramah walau dalam hati merasa dongkol.
"Dari gudang, menyelesaikan penataan kiriman suplai terakhir yang kalian tinggalkan-"

RED CITY : ANNIHILATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang