-Left Behind-

13K 2.2K 882
                                    

Memang sungguh tidak lazim, tapi pada kenyataannya didunia ini, mereka yang baik, mereka yang tak egois, mereka yang memikirkan keselamatan orang lain,

mereka yang berkorban bagi yang lain,

biasanya akan atau bahkan, pasti menjadi dari bagian yang selalu ketimpa kemalangan hebat.

Kapten Ryan tahu benar dan merasa kesulitan dalam menerima ketidakadilan itu.

Saat ini ia sedang berdiri tegak dengan kedua tangan dibelakang punggung, menunggu kedatangan sang Jenderal di ruang kantor baru khusus bersama dengan Kopral Agam Herdian.

Mereka berdua dipanggil untuk meluruskan 'kericuhan' yang terjadi sebelumnya serta membahas berita terakhir dari Letkol Reginald dan adiknya Lucy.

Lucy Thelia Aulian.

Kapten Ryan menggumamkan nama itu dipikirannya nonstop beberapa hari ini.

Lucy, perempuan muda paling tangguh yang ia kenal cukup singkat.

Perempuan yang sangat ia pedulikan melebihi apapun namun sekarang menghilang begitu saja bagai ditelan bumi.

Dan itu sangat menyesakkan hatinya.

'Aku sudah menemukan jalanku Kapt,'

Kata itu terus terputar diotaknya.

'Yang jelas kau tak perlu membantuku lagi sekarang, aku akan menghadapinya sendiri.'

"Kenapa, Luce."
Kapten lelah menggumamkan pertanyaan itu terus dalam dirinya.
"Kenapa kau tak mau mempercayaiku?"

"Sudah lima menit berlalu."
Gumam Kopral Agam dengan tangan kanannya menggunakan gips putih berdiri tegak disampingnya.
"Man, sudah sekian lama tak bertemu langsung seperti ini dengan Jenderal Brata-"

Pintu dibelakang mereka mengayun terbuka.

"Selamat siang Kapten Ryan dan Kopral Herdian!"

Mendengar suara sapaan serak Sang Jenderal mereka pun seketika meluruskan tangan kesamping, berdiri dengan sikap militer tegak sempurna.

"Selamat siang Jenderal!"
Cetus mereka otomatis.

Kapten Ryan menangkap dari ujung mata kirinya bagaimana Sang Jenderal yang berumur kisaran lima puluhan itu melangkah cepat melewati mereka menuju langsung kekursinya.

Setelah duduk, sang Jenderal mengambil waktu dulu untuk menaruh tas tangan bewarna cokelat yang ia tenteng keatas meja.

"Ruang kantor ini benar-benar masih baru sekali hmm, hanya baru ada meja dan kursi satu yang kududuki ini." komentar Jenderal tanpa memandang kedua tentara dihadapannya.

Memang sepengetahuan Kapten Ryan, ruangan dimana mereka berada ini sebelumnya hanyalah salah satu dari banyak kamar kepunyaan Prajurit Kapal yang dikosongkan. Dan kapal ini pun sebenarnya kapal yang biasa digunakan untuk menumpang penyebrangan namun dialih fungsikan.

"Kalian membawa datanya?"

"Ya pak,"
Jawab Kopral Agam seketika sambil menyerahkan map hijau ditangannya.

Map yang berisi kertas laporan penjelasan rentetan kejadian selama misi menjemput adik sang Letkol ditambah data satu Prajurit yang gugur dalam misi disertai dua bubuh tanda tangan kepunyaan Kapten Ryan dan Kopral Agam.

Jenderal menerima dan langsung membuka map itu, membacanya dalam diam.

Kapten Ryan sempat berpikir Jenderal mungkin akan mengajukan beberapa pertanyaan terkait isi laporan itu namun ternyata ia malah langsung melanjutkan dengan hal lain.

RED CITY : ANNIHILATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang