"Luce,"
Tangan Regi menyila. Ia menyender di pintu menuju geladak luar dengan tampang sudah terlihat bosan sekali.
"Lebih baik kau pergi duluan saja ke ruang rapat--sudah terlambat sekali kalian-""Yee justru karena itu,"
Aku menyanggah.
"Karena sudah terlambat ini makanya mending aku masuk bareng Pierre. Dia juga minta ditunggui!"Awalnya memang Pierre dan aku berniat langsung menuju ruang rapat. Namun Aunty Cheryl dan Sophia memberitahu bahwa mereka akan terbang pulang kembali menuju kapal pesiarnya.
Ternyata, keluarga Malström mempunyai 'rumah' kapal pesiar besar yang berlayar tak jauh mengikuti Kapal militer Aegis ini.
"Lagipula aku merasa canggung, Reg."
Kedua tanganku mengangkat.
"Maksudku mereka itu para eksekutif, kalau aku apaan?""Memang ganjil juga sih."
Regi memegang dagu, berpikir.
"Kenapa kau yang diajak? Kenapa tidak Vincent saja semisal-"
Ia melirik pria pod yang berdiri dekat dan hanya bisa mengamati tanpa mengerti arti bahasa kami."Dia kan habis memecahkan rekor-- kalau aku tak mungkin diikutsertakan, terlebih dengan kesensifitas Archibald tadi pagi. Archie itu seperti tangan kanannya Komander Pride ya?"
"Ya sepertinya,"
Anggukku sekilas.
"Mungkin Komander mengajak karena tahu tentang diriku yang pernah menghadapi banyak kanibal secara langsung-""APA?!"
Aku mengerenyit.
"Apanya yang apa?"Regi menjatuhkan tangannya.
"Komander Pride tahu kau pernah menghadapi banyak kanibal-"
Ia tertawa sumbang.
"Apa kabar tentang nasihat 'jangan menarik perhatian' kalau kau sendiri yang pertama melanggarnya?""Bukan aku yang cerita padanya!"
Desisku segera.
"Itu Kapten Ryan yang cerita padanya sewaktu mencari kita."Regi menepuk jidat.
"Dalam konteks apa dia bercerita itu?""Eng--ya-"
Aku menatap ke langit-langit berusaha mengingat cerita Komander."Jadi sewaktu memberitahu tentang hilangnya kita, dia bilang dia percaya kita--aku masih hidup. Katanya aku itu perempuan yang kuat dan pintar karena punya pengalaman menghadapi sekumpulan kanibal langsung-
"Ryan? Si Kapten Ryan bilang semua seperti itu pada Komander-"
Kakakku terpekur seperti baru tersadar akan sesuatu hingga akhirnya kepalanya menoleh cepat bagai ular.
"Nah kan! benar ya ada sesuatu diantara kalian?!"
Badanku jadi mengerut.
"Enggak ko Reg-- err-"
Regi berdecak.
"Aku--melihatnya terus memandang kearahmu sewaktu kau dengan teman-temanmu itu sibuk mengurus tas ketika heliku baru mendarat. Pandangannya terus saja ke arahmu bahkan saat sedang melaporkan keadaan terakhir padaku."
Tatapan mengerenyitnya Regi jadi mirip sekali seperti Ayah.
"Dan dia memelukmu duluan diatap waktu itu-kau juga balas memeluknya sama erat dan lama sekali seingatku...kalian saling berpelukan."
"Err--iya--err--"
"Setahuku dia bukan tipe mudah menumpahkan curahan hati seperti itu,"
Nada Regi seperti menyalahkan perubahan Kapten karenaku.
"Kalau memang mencari, cukup bilang kau seperti apa ciri-ciri fisiknya bukan sampai sebut perempuan pintar dan kuat-""Sudahlah Reg."
Aku menyambar segera.
"Anggap saja dipromosikan gratis. Jadi kita bisa langsung jadi kru Kapal Aegis ini kan? Ahahahah-"Regi tak ikut tertawa.
"Hentikan itu Luce."
KAMU SEDANG MEMBACA
RED CITY : ANNIHILATION
SciencefictionSequel of RED CITY : ISOLATION Aku sudah pernah dengar tentang ramalan itu. Ramalan bahwa akan terjadinya Perang dunia ketiga dalam waktu dekat. . Sialnya, ramalannya kurang lengkap. Karena tidak memberitahu sama sekali bahwa perangnya itu bukanlah...