-Enigma-

6.8K 1.3K 1.5K
                                    

Vincent tak bisa berhenti tersenyum bahagia hari ini.

Beban berat di hatinya sudah terangkat atau bisa dibilang menguap hilang sepenuhnya.

You lose, I win.

Masih dengan senyum penuh suka-cita, ia tarik napas panjang, menikmati cahaya matahari sore yang menembus jendela helikopternya.

Ia, Malstrom Senior dan Malstrom Junior baru saja hadir dalam sebuah acara di Jepang, menjadi wakil dalam menerima penghargaan bagi tim Avior-Aegis. Sekarang mereka sedang menuju kembali ke Kapal Pesiar perlindungan sementara mereka.

Begitu tak sabar rasanya ia ingin bertemu kembali dengan perempuan penolongnya,

Perempuan yang sekarang ia berniat miliki sepenuhnya.

Mungkin jika hatinya perempuan itu belum, Vincent berpikir untuk bisa menguasai 'fisik'nya lebih dahulu.

Jika dipikir-pikir, ia pun rasanya tak mengerti bagaimana perasaannya bisa sampai jadi seperti ini, mengingat bagaimana awalnya mereka bertemu.

Ia mengingat jelas rasa pertama yang membuatnya terbangun. Yaitu rasa tekanan.

Tekanan memompa paru-paru hingga jantungnya yang bergerak terus naik menuju leher lalu kepala hingga mendorong matanya, memaksanya membuka mata dengan lebar.

Terkejut adalah rasa kedua yang muncul ketika menyadari diri yang terkunci rapat didalam sebuah peti kaca.

Peti kaca yang dingin dan amat sempit membuat hidung mancung tingginya hampir menempel pada kaca penutup didepannya.

Instingnya ketika itu langsung menyala. Walau dalam keadaan masih bingung dan lemas, ia berusaha bergerak, kakinya ia coba gerak-gerakkan, sebelum mulai menendang, mendorongi tutup kaca dihadapannya.

Dan tutup peti pun akhirnya membuka, terhempas jatuh kesamping. Ia lanjut menendang diri, melompat, namun langsung jatuh kembali dengan menyedihkan di samping peti kurungnya.

Sesak adalah rasa ketiga yang datang saat dirinya terbaring di lantai diselimuti uap dingin.

Kerongkongannya terasa menyempit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kerongkongannya terasa menyempit. Dengan mata semi berair ia melotot, tersadar sebuah pipa bening masih menempel ketat pada mulutnya.

Ia coba tarik lepas pipa yang menyumbat pernapasannya, namun gagal.

Ia lanjut, menoleh ke kiri kanan, mengamati ke sekeliling dengan panik sebelum menyadari ada seorang perempuan yang menatapnya secara sembunyi-sembunyi dari balik meja.

Harapan adalah rasa keempat yang muncul ketika menatap perempuan yang tak dikenalnya itu. Dadanya sudah semakin sesak. Ia putuskan untuk segera mencoba mengeluarkan suara, memohon supaya perempuan itu menarik lepas penyumbat yang ada di mulutnya.

Wajah perempuan itu terlihat kalut sekali, terlihat tak yakin namun pada akhirnya memutuskan maju menghampirinya, dengan membawa sebilah pisau di sebelah tangan.

RED CITY : ANNIHILATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang