○ 4

322K 31.3K 2.6K
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Ara masih setia duduk dikursi yang ada dibalkonnya, ditemani secangkir teh yang sudah dingin, dan ... foto figura.

"Aku selalu berharap, di peenikahanku nanti ... ada ayah."  Ara menatap foto dirinya dengan sang ayah, saat Ara pertama kali belajar menaiki sepeda roda dua.

"Aku mau ayah yang menjabat tangan calon suamiku, dan menyerahkan aku kepadanya secara langsung. Tapi aku sadar, manusia cuma bisa berencana, selebihnya hanya Allah lah yang bisa menentukan. Itu yang selalu ayah katakan sama aku, kan?"

Ara mengusap air matanya yang menetes. Ia melangkah memasuki kamar dan menutup pintu balkon. Ara meletakkan foto figuranya di atas nakas dekat ranjangnya. Setelahnya, ia mencuci muka dan tidur.

***

"Ara, itu Dita, ya?" tanya Lala pada Ara.

Saat ini mereka sedang duduk dikursi meja kantin yang ada dipojok. Tempat favorit mereka.

"Lah iya."

"Dibully?" tanya Evan.

Mereka menatap Selena dan dayang-dayangnya yang sedang membully Dita.

"Cepetan Dita! Gue laper!"

"Ta-tapi aku gak punya uang, kak."

"Gue gak mau tau! Biasanya juga lo minta sama kakak lo itu kan!"

"Ohh, jadi lo yang porotin adek gue?"

Selena dan Dita, serta yang lain menatap Ara yang berdiri dibelakang Selena. Saat ini, mereka sudah menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada dikantin.

"Selena Putriningtyas. Putri dari Bapak Tio, ketua pengurus sekolah kita." ucap Ara menatap Selena.

"Lo bangkrut? Lo udah jatuh miskin?" tanya Ara menampilkan wajah sok polosnya.

"Apa maksud lo?"

"Lo minta makan ke adek gue, ya gue pikir lo udah jatuh miskin. Makanya lo minta sama orang yang gak berduit seperti kami ini."

Ara berjalan ke arah Dita, dan mengusap kepala adiknya. "Lo harusnya bersyukur, kita setiap hari bisa makan tempe goreng sama bunda. Lihat itu Selena, dia aja minta makan sama kamu."

Semua orang yang ada dikantin menertawakan ucapan Ara. Wajah selena berubah menjadi merah, menahan kesal. "ARA!"

"Eh, kaget loh gue." ucap Ara pura-pura kaget.

Selena mengangkat tangannya untuk menampar Ara. Ara dengan cepat menyiram wajah Selena dengan es teh milik Dita.

Byurr

"Wajah lo merah, gue pikir kepanasan. Makanya gue siram es teh."

Lagi-lagi ucapan Ara membuat seisi kantin tertawa terbahak-bahak. Sifat Ara yang ramah dan apa adanya, membuat hampir seisi sekolah, mengenalnya.

"Tunggu pembalasan gue!"

Setelah itu, Selena dan dayang-dayangnya pergi meninggalkan kantin dengan rasa malu.

Ara menghembuskan nafas kasar. "Besok-besok kalo dibully diem aja terus, biar mati sekalian!" bisiknya pada Dita yang menegangkan tubuhnya.

***

Ara dan Lala berjalan dikoridor menuju toilet. Lala memaksa Ara untuk menemaninya ke toilet, karna mendapat panggilan alam. Padahal, tadi pagi Lala sudah setor. Untung saja, kelas mereka sedang jamkos. Kalau ada guru, bisa dipastikan mereka tidak diperbolehkan keluar bersama-sama.

MY FUTURE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang