○ 25

254K 24.1K 601
                                    

Ara berjalan menuju area tenda yang sepi, kemudian masuk ke dalam tendanya. Air mata yang sedari ia tahan, akhirnya luruh membasahi kedua pipi tirusnya.

Sulit bagi Ara untuk sampai di titik ini. Titik dimana ia hampir berhasil melepaskan masa lalunya. Tapi, dengan gampanganya Riko datang dan kembali mengingatkan masa lalu mereka.

Ara tidak melupakan itu. Sampai kapanpun, Ara tidak akan bisa melupakan kenangan itu. Yang selama ini Ara lakukan hanyalah menguburnya dalam-dalam di ruang berbeda dalam hatinya.

Perlahan, kenangan perjalanan cintanya bersama Riko mulai berputar di dalam kepalanya. Riko yang selalu bersikap manis dan lembut, Riko yang selalu menjadi tempat berbagi ceritanya, Riko yang selalu ada untuk dirinya, dan Riko adalah cinta kedua Ara setelah Ayahnya. Riko yang menemani perjalanan berat Ara, dulu.

Tapi, semuanya sudah berakhir. Semuanya berakhir, saat Riko berani menyelingkuhi dirinya bersama adik kandungnya sendiri. Ara pikir, masalah ini sudah selesai. Maka dari itu, Ara mau menerima Riko yang berkeliaran di dekatnya.

Kenapa sesulit ini?

Kenapa disaat Ara benar-benar ingin membuka lembaran baru bersama Arkan, merajut kisah cinta mereka, orang di masa lalunya kembali mengusik kedamaian hidupnya?

Ara membantah ucapan Riko soal perasaannya kepada Arkan. Ara tulus mencintai Arkan, karna kebaikan dan kelembutan pria itu. Ya, Ara benar-benar mencintai pria itu. Riko salah! Dia tidak tau apapun tentang perasaannya!

"Sudah lebih baik?"

Ara mendongak ke pintu tenda yang terbuka. "Mas Arkan!" Seru Ara, lalu menghambur ke pelukan suaminya.

Arkan mengulas senyum manisnya, lalu mengusap punggung Ara pelan.

Dalam dekapan ini, Ara mendapatkan ketenangan. Kasih sayang Arkan yang tulus, membuat Ara nyaman berada di dekatnya. Pemikiran Arkan yang dewasa, mampu mengimbangi sikapnya yang masih labil, membuat Ara semakin jatuh dalam pesona pria itu.

"Mas kok bisa di sini?"

"Aku kangen istri kecilku ini," kata Arkan sambil menggigit hidung Ara.

Ara terkekeh pelan. "Aku juga kangen," katanya, lalu kembali memeluk Arkan erat.

"Kamu butuh waktu?"

Ara mengurai pelukan mereka, dan menatap Arkan bingung. "Waktu apa?"

Arkan tersenyum, sambil merapikan rambut Ara yang terbang ditiup angin. "Aku dengar obrolan kamu sama Riko."

Tubuh Ara menegang. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku gak butuh waktu. Aku butuh Mas untuk selalu di samping aku," katanya dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tau, kita masih terlalu awal untuk memahami perasaan kita, Ara."

"Enggak! Aku cinta sama Mas Arkan! Jangan tinggalin aku, Mas." Ara menatap Arkan dengan air mata yang menetes.

Arkan mengusap air mata Ara, dan mengecup pipi gadis itu. "Siapa yang mau ninggalin kamu? Aku cuma mau kamu nyaman, sayang."

"Aku nyaman sama, Mas. Jangan dengerin omongannya Riko. Dia gak tau apa-apa soal perasaan aku ke Mas."

"Dicariin kemana-mana, taunya malah peluk-pelukkan sama Mas Suami di sini," kata Evan yang baru datang bersama yang lainnya.

"Tau nih! Udah mau maghrib, kita pikir lo nyasar!" Gerutu Lala, yang sedari tadi panik mencari Ara.

Ara terkekeh pelan. "Maaf, deh."

"Pak Arkan baru sampai?" Tanya Farhan.

"Iya," balas Arkan sambil mengulas senyum tipisnya.

MY FUTURE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang