○ 54

201K 20.2K 1.8K
                                    

Seperti hari-hari biasanya, Arkan akan datang ke kantor dengan wajah dinginnya. Bedanya, hari ini dia datang dengan wajah berkali-kali lipat dingin karna untuk menutupi rasa malunya saat ini. Sedangkan di sampingnya, Ara tampak tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan giginya.

Para Karyawan Arkan yang melihat bosnya hari ini pun tidak kuasa untuk menahan tawa mereka. Mereka terhibur sekaligus merasa takjub. Pria yang mereka hormati dan segani di kantor, rela memakai piama hello kitty beserta bandana juga sandal selop berbulu dengan motif yang sama, demi memenuhi ngidam sang istri.

Viko dan Margareth yang berdiri di depan ruangan Arkan pun segera meledakan tawa mereka, saat melihat Arkan yang ingin memasuki ruangannya. Ara berjalan menghampiri Margareth, dan memeluk gadis berlabel perawan tua itu.

"Ara, lo apain bos kita?" Tanya Margareth dengan sisa tawanya.

Ara hanya tersenyum polos. "Aku pengen ganti suasana baru."

Arkan menatap Viko yang masih belum menghentikan tawanya. Margareth yang sadar dengan suasana hati Arkan pun menyenggol perut Viko dengan sikunya, membuat pria satu anak itu menghentikan tawanya.

"Ayo masuk," ajak Arkan pada Ara.

Setelah berpamitan dengan Viko dan juga Margareth, Ara mengikuti langkah suaminya yang memasuki ruangannya.

"Mas Arkan marah?" tanya Ara, setelah Arkan duduk di kursi kebesarannya.

"Enggak," jawab Arkan sekenanya.

Ara berjalan menghampiri suaminya, dan duduk di atas pangkuan Arkan. "Mas marah."

Arkan melingkarkan kedua lengannya di pinggang Ara, dan menatap wanitanya lembut. "Aku gak marah, sayang."

Ara menyandarkan kepalanya di dada bidang Arkan dengan nyaman. "Maaf, karna buat Mas malu. Tapi ini kemauan anak kita. Aku kalau jahil gak sejahat itu kok," ujar Ara dengan mata terpejam.

Arkan mengusap surai istrinya yang tergerai, dan mencium kening Ara singkat. "Iya."

"Aku mau makan, Mas."

"Makan lagi?"

Ara menatap suaminya dengan tajam. "Emang tadi aku udah makan? Belum loh!"

Oke Arkan, mari kita lupakan tiga piring nasi goreng seafood yang Ara makan tadi.

"Iya sayang, mau makan apa?"

"Soto babi, boleh?"

Kedua bola mata Arkan membulat sempurna. Rahangnya mengeras, menandakan bahwa kemarahannya akan meledak sebentar lagi.

Ara terkekeh, seraya mengusap rahang suaminya dengan lembut. "Bercanda, Mas."

"Jangan aneh-aneh!"

"Aku mau makan tumis kadal," kata Ara sambil menepuk-nepuk pipi suaminya.

"Sayang!"

Ara mencebik. "Aku bingung mau makan apa."

"Makan bubur kacang hijau aja ya? Bagus buat anak kita," usul Arkan.

Ara mengangguk pasrah. Kemudian, Arkan menelfon Margareth melalui telepon kantor yang ada di atas mejanya.

Sambil menunggu kedatangan Margareth yang akan membawakan pesanan istrinya, Arkan memilih untuk mengerjakan berkas-berkas yang ada di atas meja kantornya. Membiarkan Ara yang sibuk bermain kancing piama hello kittynya.

"Mas Arkan, besok minggu belanja baju bayi ya?"

"Hmm," balas Arkan tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

MY FUTURE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang