○ 49

188K 21.3K 1.3K
                                    

Serangkaian prosesi adat jawa untuk tujuh bulanan Ara berjalan dengan lancar. Kini, wanita itu sedang berada di kamarnya setelah dimandikan bunga tujuh rupa.

"Mas Arkan, sakit." Ara menatap suaminya tajam.

Arkan hanya mengacuhkan ucapan istrinya. Ia kembali menggigiti lengan Ara dengan gemas.

"Arkana Davies Ramadhani!"

"Iya sayang, maaf."

"Keluar sana. Ngapain sih ikut ke sini. Di luar masih banyak tamu."

"Aku maunya sama kamu terus. Gak mau jauh-jauh," ujar Arkan dengan manja.

Ara berdecak kesal. Ia beranjak dari duduknya, mengambil pakaian gantinya, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Ara keluar dengan setelan dress panjang berwarna biru, dipadukan dengan sebuah selendang yang bertengger di atas kepalanya.

"Kamu cantik kalau pakai kerudung." Arkan menatap istrinya dengan tersenyum lembut.

"Do'ain aja, semoga aku cepet dapet hidayah, Mas. Aku juga capek jadi orang pecicilan. Pengennya yang anggun, lemah gemulai gitu."

Arkan memeluk Ara dari belakang, dan meletakkan dagunya di atas pundak kiri Ara. "Gak papa kamu pecicilan, aku cinta kamu apa adanya."

"Itu kayak kata-katanya buaya. Kamu alumni komunitas buaya ya?"

Arkan menggigit pundak Ara, membuat wanita itu memekik.

"Aku aduin Mama, ya? Ini termasuk kdrt loh."

"Iya-iya, maaf sayang." Arkan menciumi pundak Ara berkali-kali, membuat wanita itu jengah.

Setelah selesai dengan make upnya, Ara keluar dari kamar sambil bergandengan tangan dengan Arkan.

"Cielah, pake gandengan tangan segala. Mau nyebrang, Bu?" Goda Evan.

"Biasalah, kalau nenek-nenek pasti jalannya dituntun," ujar Dika menimpali.

Bukannya kesal, Ara justru tertawa mendengar godaan teman-temannya. "Sirik aja yang jomblo. Makanya nikah, biar tau rasanya pacaran halal."

"Gue takut di unboxing," sahut Lala sambil bergidik ngeri.

"Nanti gue pelan-pelan deh. Awalnya emang sakit, lama kelamaan juga enak."

Lala menatap Evan horor, lalu menimpuk lelaki itu dengan sumpit. "Jorok lo anjir!"

Yang lainnya hanya terkekeh melihat pertengkaran sepasang calon kekasih yang belum kelihatan hilalnya itu.

***

Tamu-tamu sudah pulang sejak 30 menit yang lalu. Namun, rumah Ara masih begitu ramai karna masih ada beberapa kerabat dan teman-temannya.

"Gue perhatiin, Dita gendutan ya?" Tanya Fifi.

Mereka sontak saja menatap Dita yang berdiri beberapa meter di depan mereka.

"Iya. Dia lagi doyan makan juga. Biasanya kan dia malu-malu gitu," timpal Agista sambil mengusap-usap bulu Milky, kelinci Ara.

Ara hanya diam, sibuk dengan ponselnya.

"Dita kenapa, Ra?"

"Hamil," jawab Ara terlampau santai.

"Hah?!"

"Uhuk ... uhuk ...."

"Serius? Kok bisa?"

Ara menatap malas teman-temannya, atau lebih tepatnya malas membahas Dita yang sialnya adik kandungnya itu.

"Mana gue tau, tanya sendiri aja."

MY FUTURE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang