○ 47

201K 20.6K 338
                                    

Ara memasukkan keripik tempe ke dalam mulutnya, sambil menatap orang-orang di sekitarnya. Saat ini, ia tengah berada di rumah baru Katrin. Acara syukurannya sudah selesai sejak 30 menit yang lalu. Ara meminta Arkan untuk tinggal lebih lama, karna dia ingin bermain dengan Eve.

Namun, yang ia herankan adalah kenapa suaminya, Katrin, dan Huda tidak terlibat obrolan apapun? Sejak kedatangannya tadi, mereka bertiga tidak ada yang berbicara bersama. Bahkan untuk perkenalan diri pun, Ara yang menjelaskannya.

"Ehem, Mbak Katrin sama Mas Huda keberatan kalau aku bawa suamiku?" Tanya Ara hati-hati. Yang ia pikirkan sedari tadi adalah Katrin dan Huda yang keberatan dengan kehadiran Arkan yang memasang wajah lempeng seperti itu.

Katrin buru-buru menggeleng. "Enggak, Ara. Kita gak keberatan sama sekali," katanya seraya mengulas senyum manisnya.

Ara mengangguk. "Lalu, apa ada yang mau menjelaskan kepadaku apa yang terjadi dengan kalian?"

Katrin dan Huda saling menatap satu sama lain. Sedangkan Arkan, ia sibuk memandangi istri cantiknya.

Huda berdehem sebentar. "Sebelumnya, saya minta maaf. Khususnya untuk kamu, Arkan."

Ara melirik suaminya yang enggan menatap Huda.

"Ini semua bukan kesalahan Katrina. 3 tahun yang lalu, saya dan Katrina dijebak saat ada acara reunian di salah satu hotel di Bali. Minuman kami diberi obat perangsang, yang waktu itu menghadirkan Eve ditengah-tengah kami." Huda menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengusap kening Eve yang tertidur di pangkuannya.

Ara hanya diam menyimak. Tatapannya selalu berputar ke Huda, Katrin, dan suaminya yang masih anteng.

"Waktu itu saya berniat tanggung jawab, tapi Katrina menolak, karna dirinya akan segera menikah dengan kamu. Kamu cinta pertamanya yang sulit ia dapatkan. Maka dari itu, Katrina tidak terima jika kalian tidak bisa bersama di pelaminan. Saya selalu membujuk Katrina untuk tidak melibatkan kamu ke dalam dosa yang telah kita buat. Terlebih, cepat atau lambat, kehamilannya pasti akan terungkap." Huda mengusap punggung istrinya yang bergetar.

"Sampai pada akhirnya, saya berhasil menyadarkan Katrina. Lalu dia mengatakan kepada kamu, kalau dia selingkuh. Hal itu dia lakukan agar kamu benci kepadanya dan melupakan dirinya. Katrina sadar, bahwa kalian bukanlah jodoh. Dia selalu berharap kamu mendapatkan sosok pengganti yang lebih baik dari dirinya."

Katrina mengusap air mata yang melewati pipinya. "Dan sekarang do'aku terkabul, Arkan. Ara adalah sosok yang terbaik melebihi aku. Dia wanita yang baik, cantik, ceria, dan apa adanya. Aku senang, kamu bisa mendapatkan sosok wanita seperti dirinya. Maaf atas kesalahan kami di masa lalu, Arkan."

Arkan melirik Katrin dan Huda sekilas, lalu mengangguk. Ara yang melihat wajah sepet suaminya pun segera pamit untuk pulang.

Bukannya pulang ke rumah mereka, Ara justru menghentikan langkah suaminya di tengah jalan, dan menunjuk gerobak penjual bakmi.

"Makan dulu yuk, Mas."

"Kamu mau makan lagi? Kan kita baru aja makan, sayang."

Ara mengerucutkan bibirnya, seraya mengusap perutnya. "Laper lagi."

"Ya udah, ayo kita kesana."

Ara pun menggandeng lengan suaminya dengan semangat.

"Pak Mamat, bakmie rebusnya satu, pake cabe segini ya," ujar Ara sambil menunjukan kepalan tangannya.

"Banyak banget, Mbak?"

"Enggak, Pak. Cabenya satu aja," ucap Arkan, yang disambut decakan kesal dari Ara.

"Lima ya, Mas?"

Arkan menggeleng. "Satu, apa gak usah pake cabe sekalian?"

"Iya, satu." Ara menatap penjual bakmi itu dengan pasrah. Kemudian ia duduk di kursi platsik yang disediakan, disusul Arkan yang duduk di sampingnya.

Beberapa menit kemudian, bakmi pesanan Ara pun datang. Ara menyambutnya setengah antusias.

"Makasih, Pak Mamat."

"Sama-sama, Mbak. Permisi."

Ara menyesap kuah bakmi yang masih panas itu. Kedua matanya berbinar, lalu menatap Pak Mamat yang juga sedang melihat ke arahnya. Ara mengacungkan kedua ibu jarinya ke arah Pak Mamat dari bawah meja. Pak Mamat yang mengerti pun mengangguk dan tertawa pelan.

Arkan menatap istrinya dengan kening berkerut. "Kenapa kamu?"

"Ah, enggak papa. Bakminya gak pedes, gak enak," kata Ara tanpa menghiraukan keringat yang melewati pelipisnya.

"Kamu kenapa keringetan?"

"Panas, Mas." Ara mengibaskan tangannya di depan wajah, agar Arkan percaya.

Tidak tau saja si Arkan, kalau istrinya itu lagi kesenengan makan bakmi pake cabe 5. Meskipun enggak segenggam, setidaknya sudah menuntaskan keinginannya untuk makan pedas malam ini.

***

"Mas Arkan," panggil Ara pada suaminya yang sedang memakai kaos. "Udah lega?"

Bukannya menjawab, Arkan justru mendekati istrinya, dan menyandarkan kepalanya di pundak Ara. Tangannya berputar-putar di perut bulat istrinya.

"Sejak tadi pagi, kamu gelisah banget. Aku udah curiga, pasti kamu ada hubungannya sama Mbak Katrin. Ternyata bener, kalian mantan kekasih." Ara mengusap surai suaminya dengan lembut.

"Aku tau, Mas udah gak ada perasaan apapun sama Mbak Katrin, karna Mas cintanya sama aku. Laki-laki sejati, yang dipegang itu ucapannya. Dan aku percaya sama Mas."

Arkan mengulas senyum tipisnya. Banyak orang yang mengatakan, bahwa Ara beruntung mendapatkan suami seperti dirinya. Namun kenyataannya, justru dirinya lah yang bersyukur memiliki istri seperti Ara.

"Ditinggalin tanpa alasan yang jelas, memang menyakitkan, Mas. Tapi orang baik gak akan meninggalkan kita tanpa alasan. Mereka pasti punya alasan yang jelas."

"Kalau mereka baik, mereka gak akan pernah meninggalkan kita apapun alasannya, sayang."

"Ada beberapa hal yang manusia tidak bisa ikut campur, Mas. Takdir. Kita gak bisa meminta takdir untuk berjalan sesuai kemauan kita. Dia sudah diatur. Mau gak mau, suka gak suka, kita harus menjalaninya."

"Seperti Mbak Katrin dan Mas Huda. Mereka gak pernah menduga jika masa depan mereka seperti itu. Mbak Katrin lebih memilih menjauh dan dibenci kamu, daripada berada di samping kamu, dan menggoreskan lebih banyak luka di hati kamu."

"Terkadang, menjadi orang baik memang sesulit itu. Kita dipaksa untuk menjauh dari orang yang kita sayangi dan kita cintai, demi kebahagiaan mereka."

Arkan hanya diam tak membalas. Dalam hati, ia membenarkan apa yang diucapkan istrinya.

***

Tbc.

Maaf baru update ya gaes. Lagi ada kendala di dunia nyata.

Jangan lupa vote komen ya!

Mon maap kalo ada typo.

See you next part ❤

Semarang, 20 Mei 2021
Salam Indah ♡

MY FUTURE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang