Minggu pagi ini, suasana rumah Lia tampak begitu ramai. Tak hanya keluarga Arkan saja yang datang, melainkan juga teman-teman setia Ara pun ikut meramaikan acara pagi ini. Acara syukuran atas kehamilan pertama Ara. Acara ini hanya digelar untuk keluarga besar juga teman-teman dekat.
"Tumben, si cowok jadi-jadian itu gak ke sini," ucap Lala seraya melirik Dita sekilas.
"Maksud Kakak siapa?"
"Biasanya siapa? Emang ada cowok lain yang ke sini selain Roiko kaldu babi?"
Evan memasukkan kerupuk ke mulut Lala dengan paksa. "Mulut lo gak pernah di sekolahin?"
"Kan hari minggu libur," balas Lala setelah mengunyah dan menelan kerupuknya.
Dita hanya menundukkan kepalanya.
"Lo putus?"
Pertanyaan Ara membuat mereka menatap dirinya dan Dita bergantian. Dita hanya mengangguk pelan.
"Nah kan! Gue udah pernah bilang, kalau sesuatu hasil dari merebut milik orang lain itu gak akan pernah bertahan lama!" Seru Lala dengan kerasnya, membuat para orang tua menatap meja mereka.
"Merebut apa?"
Hening. Tidak ada di antara mereka yang ingin menjawabnya.
"Lala? Siapa yang merebut milik siapa?" Tanya Lia lagi.
Lala melirik Ara yang tengah meneguk air mineralnya dengan santai.
"Emm, anu ... itu ...."
"Gak ada apa-apa, Bun. Kita lagi bahas sesuatu yang gak penting," sela Ara.
Dita menatap Ara dengan raut tak terbaca. Ia pikir kakaknya akan mengatakan semuanya kepada bunda mereka.
"Ohh ya udah, kalian lanjutin aja ngobrolnya." Setelah mengatakan itu, Lia kembali ke meja besannya.
"Kenapa lo gak ngomong sejujurnya aja, Ra? Mau sampai kapan lo bohong?"
Ara menghela nafasnya, mendengar pertanyaan Evan."Semuanya udah berakhir, Evan. Gak ada yang harus diomongin lagi."
"Tap—"
"Kok bisa putus?" Lala mengalihkan pembicaraan Evan, membuat lelaki itu menghembuskan nafas kasarnya.
Dita memainkan jari-jari tangannya di atas meja. "Kak Riko yang minta. Alasannya, dia mau melanjutkan kuliah di luar negeri."
"Terus lo iyain? Lo gak sayang, apa yang udah lo rebut dari Ara pergi gitu aja?"
Ara hanya diam, tak berniat menganggu prosesi wawancara Lala terhadap Dita. Sedangkan Farhan, Dika, Agista, dan Fifi hanya diam sedari tadi, karna merasa tidak ada hak untuk mencampuri urusan itu.
"Sayang ...." ketegangan yang ada di antara mereka pun sedikit mengendur, saat Arkan datang.
"Kenapa?"
Arkan mendudukkan dirinya di samping Ara, meletakkan kepalanya di atas pundak wanita itu, dan mengelus perut istrinya dengan lembut. Perlakuan Ara tak luput dari semua mata keluarga juga kerabat yang datang.
"Bapak ingat situasi dan kondisi, dong. Di sini banyak anak kecil, banyak orang jomblo. Bikin iri aja," dumel Lala menatap Arkan malas.
"Salah siapa jomblo," balas Arkan santai.
"Ya udah, cariin saya calon suami. Siapa tau Bapak punya temen yang sama-sama kece dan hot."
Evan memukul lengan Lala dengan tidak berperasaan.
"Sakit! Lo ngapain sih, suka banget mukul-mukul anak gadis orang!"
"Calon suami lo cuma gue, gak ada yang lain!" Tekan Evan menatap Lala datar.
![](https://img.wattpad.com/cover/217258270-288-k257007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FUTURE HUSBAND [END]
General Fiction[PART MASIH LENGKAP] [BELUM DI REVISI] Ara tidak memiliki pilihan lain selain menerima perjodohan ini. Ia juga membutuhkan uang untuk menghidupi bunda dan adiknya. Ara ikhlas mengorbankan masa mudanya untuk menikah dengan seorang pria yang berumur...