○ 23

257K 25.8K 965
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Pagi ini, Ara sudah sampai di sekolahan bersama Arkan. Melihat mobil mengkilap milik Arkan, mereka pun tau siapa yang duduk di balik kemudi.

Anggota kelompok Ara datang menghampirinya, dan membantu membawakan perlengkapan yang dibawa sang ketua.

"Ara terbaik!!" Seru Lala, saat Ara mengeluarkan satu dus air mineral, dan dua tas besar berisi makanan ringan.

Ini semua adalah ide Arkan. Pria itu memaksa Ara membawa satu dus air mineral untuk stock di tenda mereka. Karna Arkan sendiri tau, Ara tidak bisa jauh dari air putih. Dan juga soal makanan ringan, katakan saja Arkan ini sangat berlebihan. Ara sudah memilih snack dan roti, yang akan menjadi camilannya di sana. Tapi, Arkan langsung saja mengambilkannya sosis, kentang, bakso, dan otak-otak.

Hey, Ara itu mau camping, bukan jualan kayak abang-abang yang nongki di depan esde.

Padahal Ara sangat yakin, kalau kegiatan camping akan lebih banyak dari waktu leha-leha.

"Kalau udah sampai kabari aku," ucap Arkan sambil mengusap pipi Ara.

"Iya."

"Baik-baik di sana. Jangan lupa makan, sama istirahat yang cukup."

"Iya." Lagi-lagi Ara hanya mengiyakan ucapan Arkan. Ia sedikit kesal kepada pria di depannya itu. Pasalnya, sejak 15 menit yang lalu, Ara merasa menjadi seorang suami yang akan pergi berperang menjaga kedamaian di perbatasan. Dan Arkan sebagai sosok istri yang tengah memberikan petuah-petuah lainnya.

"Udah ya, suamiku yang ganteng. Aku camping 2 hari doang, bukan mau perang yang perginya berbulan-bulan."

Arkan mendengus kesal. "Aku khawatir kalau kamu kenapa-kenapa disaat aku gak ada di samping kamu, sayang."

"Udah, Mas ke kantor aja. Mumpung masih pagi banget, bebas dari macet. Kerja yang giat ya, biar dapet uang banyak." Ara mencium tangan Arkan, dan mendorong pria itu untuk masuk ke dalam mobil.

"Uangku udah banyak! Bahkan aku bisa menghidupi 15 garis keturunan kita, kalaupun aku harus pensiun sekarang," ucap Arkan, saat sudah duduk dibalik bangku kemudi.

"Jangan dong. Nanti garis keturunan kita yang ke 16 jadi rakyat jelata. Udah, aku mau ke barisan dulu. Mas hati-hati."

Arkan menahan tangan Ara, dan menarik gadis itu untuk menunduk. Dalam hitungan detik, bibir mereka pun menyatu. Hanya ciuman seperti biasa. Setidaknya, itu adalah kemajuan yang cukup baik untuk hubungan mereka.

Ara menegakkan kembali tubuhnya. "Kalau ada yang lihat gimana? Kebiasaan deh, main nyosor aja, gak liat situasi dan kondisi."

Arkan hanya terkekeh pelan. Ara menutup pintu mobil Arkan, dan menunggunya sampai mobil itu keluar dari gerbang sekolahan.

"Gimana rasanya, Ra?"

Ara terlonjak mendengar suara itu. "Sejak kapan lo di sini?!"

Dika yang berdiri tak jauh dari Ara pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sejak tadi."

"Mau ngapain?"

"Jemput lo buat baris, Bu Ketua."

Ara mengangguk, lalu jalan terlebih dahulu. Meninggalkan Dika yang masih penasaran dengan rasanya ciuman. Meskipun ia melihat dengan sedikit jelas, kalau tadi itu hanyalah kecupan singkat. Tapi, tetap saja Dika belum pernah merasakannya.

"Sabar, sabar. Habis lulus nikah!"

***

Setelah menempuh waktu cukup lama, akhirnya rombongan siswa-siswi kelas 11 dan 12 SMA SRITAMA sampai di tempat camping mereka.

MY FUTURE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang