Pagi ini Ara tengah bersiap-siap ke sekolah. Begitu juga dengan Arkan yang akan pergi ke kantor. Sudah cukup seharian kemarin, mereka menghabiskan waktu bersama. Kini, mereka harus menjalankan rutinitas yang menjadi tanggung jawab mereka.
"Yang, pakein dasi."
Ara berjalan mengambil dasi Arkan, dan menyuruh pria itu untuk duduk di atas ranjang.
"Nanti aku jemput ya," ujar Arkan seraya memeluk pinggang ramping Ara.
"Aku pulang jam 3. Mas pulang jam 4, kan?"
"Aku bosnya. Jadi terserah aku mau pulang jam berapa."
Ara mendengus kesal. Setelah menyelesaikan simpul dasi Arkan, Ara mengajak suaminya itu untuk segera turun dan sarapan.
"Kak Arkan mau makan sama apa?"
"Biar Ara yang nyiapin sarapan saya. Kamu makan saja."
Tita mengangguk kaku. Hatinya sedikit kecewa mendengar penolakan Arkan. Ara sendiri pun hanya acuh. Ia sibuk mengambil sarapan untuk suaminya dan untuk dirinya sendiri.
***
Ara mengerutkan keningnya, saat melihat tatapan tajam orang-orang yang ada di koridor. Apa lagi ini? Padahal, dia tidak melakukan ulah apapun.
"Kakak!"
Ara berbalik ke belakang, dan menemukan Dita yang memasang wajah khawatir.
"Kenapa?"
Dita tak menjawab Ara, tapi langsung menarik gadis itu ke arah mading sekolahan. Ara menatap bingung dengan kerumunan di depan mading. Ia juga melihat Lala, Evan, dan Riko yang sedang sibuk menyobek kertas-kertas yang ada di mading.
Ara berjalan menghampiri mereka, dan membelah kerumunan itu dengan kasar. Matanya melihat sebuah foto yang tertempel di atas mading. Foto itu adalah foto dirinya dengan Arkan, saat pria itu menciumnya di depan kulkas. Sepertinya Ara tau siapa pelakunya.
'Gak nyangka ya, Ara semurahan itu.'
'Iya. Najis banget sih.'
'Mau-maunya jadi simpanan om-om.'
'Gak heran sih. Orang sifatnya aja udah kaya begitu.'
'Bar-bar.'
'Tarifnya berapa nih, Ra? Bolehlah, gue rasain tubuh lo itu.'
Demi apapun, Ara tidak pernah dihina sampai serendah ini. Ia menghembuskan nafasnya secara kasar.
"Ara!"
Ara menoleh ke samping, dimana Pak Tio, selaku ketua pengurus SMA SRITAMA berada. Dan Pak Tio ini adalah papanya Selena.
"Bisa ikut saya ke ruang kepala sekolah?"
Ara mengangguk. Ia berbalik menatap sahabatnya. "Biarin. Kalian langsung ke kelas aja." Setelah mengatakan itu, ia berjalan menuju ruang kepala sekolah dengan santai.
"Kalian akan nyesel!" Sentak Lala kepada kerumunan yang masih belum bubar. Setelahnya, ia pergi ke kelas, diikuti Evan. Sementara Riko, ia pergi bersama Dita menuju kelas gadis itu.
***
"Bisa kamu jelaskan mengenai foto-foto ini?"
Ara menatap 3 lembar foto yang di lemparkan Pak Tio ke atas meja. Foto itu diambil saat Ara dan Arkan berpelukan, berciuman, dan tidur bersama. Bagi mereka yang tau tentang status Ara, pasti tidak mempermasalahkan hal ini. Tapi sayangnya, yang tau hanyalah orang terdekatnya, juga Pak Suratman.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FUTURE HUSBAND [END]
General Fiction[PART MASIH LENGKAP] [BELUM DI REVISI] Ara tidak memiliki pilihan lain selain menerima perjodohan ini. Ia juga membutuhkan uang untuk menghidupi bunda dan adiknya. Ara ikhlas mengorbankan masa mudanya untuk menikah dengan seorang pria yang berumur...