○ 10

317K 31.7K 1.5K
                                    

"Ohh, jadi kamu istrinya Arkan?"

Ara tersenyum manis menatap tante Mega, adik kandung dari papa mertuanya. "Iya, tante."

Wajar saja kalau tante Mega tidak mengetahui wajah Ara. Karna kebetulan saat pernikahan Ara dan Arkan dilangsungkan, tante Mega sedang liburan di luar negeri bersama suami dan kedua anaknya.

Sebetulnya, sedari tadi Ara sudah menangkap raut tidak suka dari tante Mega saat menatap dirinya. Ara pun juga tidak begitu menyukai adik papa mertuanya itu. Apalagi anak pertama tante Mega yang terang-terangan menunjukkan kekagumannya kepada Arkan. Ara akui, anak pertama tante Mega itu sangat cantik. Tubuhnya tinggi dan sexy. Ara taksir, usianya juga tidak jauh dari Arkan. Mungkin selisih dua sampai tiga tahun.

"Kamu kerja apa?"

"Saya masih sekolah, tante."

Tante Mega berdecih dengan sinis. "Ternyata masih bocah ingusan."

Ara menyumpah serapahi mulut rombeng tante Mega itu. Jujur saja, ia lebih suka saat acara keluarga dari pihak mama mertuanya. Keluarga mama mertuanya lebih hangat dan ramah, dibanding keluarga papa mertuanya. Meskipun tidak semua keluarga papa mertuanya juga menyebalkan seperti tante Mega, tapi rasanya tetap saja menjengkelkan. Tante Mega adalah penghancur mood baik Ara.

Ara hanya membalas tante Mega dengan kekehan tak kalah sinis.

"Tante!!"

Tante Mega tersentak kaget, saat mendengar teriakan Risa.

"Jangan ganggu adik iparku! Tante ini kenapa sih, jadi orang kok julid banget."

"Tante cuma pengen tau tentang dia."

"Tidak dengan cara merendahkan! Ara itu istri Arkan, dia juga anggota keluarga kita!"

Ara mengusap lengan kakak iparnya. "Aku gak papa, kak. Menurutku, memang seperti itulah karakter tante Mega."

"Apa maksud kamu?!"

Ara menatap tante Mega dengan polos. "Aku gak ada maksud apa-apa. Aku pikir, ya seperti inilah sifat tante. Jadi aku gak akan masukin ke hati."

"Tante balik ke depan aja, sana!"

Tante Mega berjalan meninggalkan dapur, menuju ruang tamu dengan wajah kesal.

Risa mengusap lengan Ara. "Maafin tante Mega ya, Ra. Jangan dimasukin ke hati omongannya tadi. Orangnya memang kayak itu. Kakak udah menduga kalau dia bakal julidin kamu. Ternyata benar kan? Dia nyamperin kamu waktu kakak tinggal sebentar."

"Santai aja, kak. Aku udah biasa menghadapi orang-orang julid sejenis tante Mega."

Risa tertawa pelan. "Yaudah yuk, kita bawa ke depan."

Ara mengangguk, seraya merapikan pudding yang ada di atas nampan, lalu membawanya ke arah ruang tamu. Risa juga membawa senampan pudding dingin seperti yang dibawa Ara. Para pembantu rumah tengah ditugaskan untuk menemani anak-anak bermain di halaman belakang. Jadilah, Ara dan Risa yang menyajikan pudding dingin sebagai teman ngobrol mereka di ruang tamu.

"Tante Mega julid tuh, pa." adu Risa pada papanya.

Setyo menatap Mega dengan tajam. "Ngapain lagi kamu?"

"Tadi nyamperin Ara di dapur, waktu aku ke kamar mandi bentar. Terus ngomong yang enggak-enggak ke Ara." jelas Risa seraya mendudukkan dirinya di samping Fahmi.

Ara juga mendudukkan dirinya di samping Arkan, saat pria itu menarik tangannya lembut.

"Kamu itu kenapa sih, Mega?! Hilangkan sifat jelek kamu itu!" ucap Setyo menatap marah pada adiknya itu.

"Iya, Mega. Ara itu sudah menjadi bagian dari keluarga kita. Tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu." timpal Evi, adik pertama Setyo.

Setyo adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Adik pertamanya bernama Evi, sudah memiliki dua anak laki-laki, dan satu anak perempuan. Dan adiknya yang terakhir adalah Mega, memiliki satu anak perempuan, dan satu anak laki-laki.

"Memang benar adanya kan, kak? Dia itu gadis miskin. Apalagi dia masih sekolah, masih bau kencur. Mending-mending juga Arkan menikah dengan Vio yang lebih baik dari pada gadis itu. Vio lulusan S1 luar negeri, dia cantik, pintar, sexy, modis. Sedangkan dia?" ucap Mega menatap Ara rendah.

Arkan menggenggam erat tangan Ara. Tantenya yang satu ini memang cukup menguras kesabaran semua orang. "Tante, Ara istri saya. Dan saya tidak suka kalau ada yang menjelek-jelekkan keluarga saya, terutama istri saya sendiri."

Mega menatap sinis keponakannya itu. "Apa yang gadis itu berikan ke kamu, sampai kamu membelanya seperti itu? Kamu di pelet? Atau gadis itu memberikan keperawanannya ke kamu sebelum menikah?"

Ara menatap Mega kesal. Apa itu dikalimat terakhirnya? Ara memberikan keperawanannya ke Arkan sebelum menikah? Bahkan sampai detik ini pun dia masih perawan ting-ting. Enak saja kalau ngomong!

Ara mengusap lengan suaminya, saat merasakan hawa panas seperti kobaran api yang dikeluarkan pria itu. Ia juga melihat om Eko, suami tante Mega yang sedang memarahi istrinya habis-habisan.

"Maafin tante ya, Ra." ucap om Eko pada Ara.

Ara mengangguk sambil tersenyun menatap om Eko.

"Tante, silahkan dimakan puddingnya, mumpung masih dingin. Siapa tau hati dan pikiran tante bisa adem ayem, setelah makan pudding." Lalu Ara melirik Vio yang duduk di samping tante Mega. "Anaknya juga diajak, tante. Enakan juga makan, daripada merhatiin suami orang."

Vio buru-buru mengalihkan pandangannya dari wajah tampan Arkan, saat merasa tersindir dengan perkataan gadis itu.

Risa, Jihan, dan Evi mengulum bibirnya menahan tawa, saat mendengar perkataan Ara yang sangat tepat sekali.

Ara mengambil satu cup pudding dan sendok. Ia menyendokkan pudding lalu mengarahkan ke mulut suaminya. Arkan menerima suapan Ara, sambil menyandarkan punggungnya ke sofa. Tangannya juga sudah berpindah melingkari pinggang ramping milik istrinya itu.

Mega dan Vio menatap Ara dan Arkan dengan ekspresi seperti orang yang kebakaran jenggot.

Iri bilang bos!

***

Semoga suka!!

Happy weekend 👩‍❤️‍👩

Jangan lupa vote dan comment.

Mon maap kalo ada typo.

See you next part ❤

Semarang, 21 Maret 2021
Salam Indah♡

MY FUTURE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang