03. just this once

42 8 0
                                    

Sheiza berdesis pelan. Menatap Eunsang yang tengah melepas gips pada tangan Raya dan gadis itu bergantian. Kepalanya menerka-nerka, apa yang sesungguhnya terjadi. Sebab bertahun-tahun lalu bukanlah waktu yang sebentar. Sheiza juga tahu adik satu-satunya itu masih canggung, tapi melihat Raya yang sibuk mengoceh dengan Rino seolah sudah kenal lama, ia tak bisa untuk tidak curiga.

"Selesai," kata Eunsang sambil merapikan alat-alat medis sederhana yang ia punya kembali ke tempatnya. Sementara Raya menggerakan jemarinya, terlebih kelingking. Melemaskan uratnya yang agak kaku.

"Kayaknya Kakak kelewat sesuatu ya, Sa?"

"Sesuatu?" kening Eunsang mengerut. "Sesuatu kayak apa?"

Tepat setelah itu, Pradipta memanggil Raya. Katanya ada hal penting yang perlu dibicarakan. Mengenai perusahaan mungkin. Mama sendiri baru kembali dari dapur dengan nampan berisi sirup dingin dan beberapa jenis kue kering. "Lho, Raya mana?"

"Ngobrol sama Papa di belakang," Sheiza membalas. "Jawab, Sa!"

"Nggak ada yang terjadi, cuma nggak sengaja ketemu," balas Eunsang merebahkan punggungnya pada sofa. Kakaknya masih menatapnya penuh selidik. "Beneran, Kak."

"Susah nanya sama kamu mah," Sheiza meringsut mendekat pada Rino yang tengah memainkan mobilnya. "Rino..."

"Ya Ante..." Rino menjawab sambil bibirnya sibuk mengeluarkan suara derum mobil yang terdengar lucu.

"Dimana kamu kenal Tante Raya?"

"Tante Aya?" Bocah kecil itu mengulang. Berusaha mengingat dengan kepala mungilnya itu. "Rino kemarin makan es krim sama Tante Aya. Rino bobo sama Tante Aya. Rino main sama Tante Aya. Papa sama Rino bobo di kamar Tante Aya."

Eunsang mengerjap. Tidak. Tunggu. Sejak kapan Rino bisa berbicara dengan kalimat sepanjang itu?

Mama berdeham. "Ini cuma Mama doang yang ngerasa, atau emang beneran ada yang aneh?" kata Mama. "Maksud kamu telepon Mama semalem kalo Rino sama temen kamu tuh, maksudnya Rino dijagain sama Raya?"

"Iya," balas Eunsang seadanya.

"Sa, maksudnya kamu sama Rino tidur di kamar Raya tuh apa?"

Eunsang memejamkan mata sebab kepalanya masih terasa pening. "Nggak usah dipikirin omongan anak kecil, Ma."

"Buat Mama penasaran aja,"

"Sa, omongan anak kecil tuh jujur."

Dasar. Perempuan kalo udah penasaran tuh, batin Eunsang dalam hati. "Esa nggak sengaja ketemu Raya waktu di restoran kemarin. Rino lari-lari dan ketemu Raya karena Esa nggak beliin es krim. Terus dapet code blue dari rumah sakit tiba-tiba, Raya tawarin jaga Rino soalnya dia ketiduran di pangkuan Raya dan nggak mau lepas."

"Aneh," respon Sheiza setelah mendengar penjelasan Eunsang yang padat dan jelas. "Rino nggak gampang deket sama orang asing. Ngeliat Yohan aja kadang masih nangis."

Kepala Eunsang menggangguk lesu. "Makanya itu."

"Terusin dong," Mama menyahut. Tatapan Eunsang seperti; apa lagi? Jadi Mama melanjutkan. "Kamu udah pulang dari pagi. Terus seharian ini kemana? Maksudnya kamu sama Rino tidur di rumah Raya itu gimana?"

Ya Tuhan, Eunsang menggumam dalam hati. Masih kurang juga penjelasan. "Eunsang lagi nggak enak badan, Ma. Sempet mimisan waktu nyamperin Rino di rumah Raya. Rino lagi tidur terus Esa istirahat bentar disana."

"Kamu sakit?" Mama terkejut. Meringsut mendekat dan memegang kening putranya. "Kok nggak bilang?"

"Udah mendingan."

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang