Chapter 39: Night, Missing, and Hug

59 15 1
                                    


[7 YEARS LATER]

Dentuman suara musik yang menghentak menggema ke seluruh penjuru ruangan. Percakapan, tawa, dan musik berpadu menjadi sebuah kesuatuan. Acara family gathering dari alumni SMA Seikh telah berlangsung sejak tiga jam yang lalu. Malam yang semakin larut tak membuat kebisingan tersebut menyurut.

Setidaknya, ada sepuluh angkatan yang menghadiri acara kumpul para alumni sekolah. Bagi yang sudah berkeluarga, membawa serta pasangan dan sang buah hati. Bagi yang masih muda, membawa serta kekasih hati. Namun bagi yang masih muda atau sudah dewasa namun belum memiliki keluarga apalagi kekasih hati, juga tetap datang meramaikan.

Ajang pamer bagi para pasangan yang meledek sang jomblowan dan jomblowati tak bisa terhindari. Meski sempat adu argumen kecil, percakapan tersebut berkahir dengan nostalgia kejadian yang pernah terjadi di masa abu-abu. Mulai dari sejak memasuki sekolah yang masih mengenakan seragam putih biru pada masa orientasi, hingga menjelang lulus yang dimana kejadian konyol adalah hal yang paling manis untuk dibahas.

"Gue baru minum segelas, tapi kok udah ngerasa mabok ya," kedua mata besar Yuna menatap seseorang yang ia lama kenal namun juga tak pernah bersua bertahun-tahun lamanya yang sedang berbincang dengan orang lain yang Yuna yakini mereka adalah kakak-kakak kelas dulu. Ia meneguk segelas alkohol itu kembali, sebelum menyahut getir. "Halu bener dah, ah."

Ryujin menatap Yuna heran. "Nggak biasanya lo minum segelas langsung mabok."

"Kenapa lo ngerasa mabok?" tanya Chaeryoung.

Yuna merebahkan kepalanya diatas meja sambil berkata pelan. "Gue liat Raya masa."

Seluruh orang yang duduk mengitari meja bundar tersebut memandang Yuna terkejut. Pasalnya, nama seseorang yang baru saja Yuna sebut telah menghilang tujuh tahun yang lalu. Tanpa jejak, tanpa sebab, tanpa pamit. Rasanya, mustahil bila ia bisa datang ke acara seperti ini tanpa ada yang memberitahu sama sekali.

Terlebih, ada sengat aneh pada diri Beomgyu ketika Yuna menyebut nama itu. Walau saat ini telah memiliki kekasih, tetap saja, cinta pertama selalu terasa berbeda. Karena sudah penasaran, ia bertanya, "Kapan lo liat?"

"Ehem, mencium aroma masa lalu," Jeongin menyahut jenaka. "Inget, lo udah punya Kak Lia, Gyu."

Melirik Jeongin dengan sinis, Beomgyu berdecak. Si lelaki tahu alasan mengapa sahabatnya tersebut bersikap demikian. Karena hanya Jeongin yang satu-satunya mengetahui apa saja yang Beomgyu rasakan. Sosok Raya memang tak lama mampir dalam hidupnya, namun ada saja hal yang membuatnya sulit lupa.

Pada saat dimana si gadis pindahan diketahui akan menjadi rekan kerjanya di organisasi, tak semerta-merta membuatnya penasaran. Hanya saja, dia kadang bersikap arogan padanya karena dia tak memiliki rekam jejak yang bagus—walau kenyataannya, arogan bukanlah sikap yang suka Beomgyu tunjukkan. Memang sih, pengalaman yang dia punya cukup capable untuk bergabung, tetapi rasanya rekam jejak tersebut hanyalah alasan dimana awal dia tak menyukai sikap gadis itu.

Namun faktanya, perbedaan yang ada seolah menyadarkan diri Beomgyu bahwa beda bukan berarti salah. Sikap seseorang nyatanya juga tak mudah diubah begitu saja. Ada beragam banyak kejadian yang menyadarkan diri Beomgyu bahwa gadis ini menarik perhatiannya. Dari pada menonjol pada satu sisi koin, menurutnya Raya terlihat memiliki dua sisi koin dalam porsi yang sama tapi tak semua orang mengetahuinya.

Karena pada kenyataannya, perbedaan itu menjadi hal yang membuatnya sulit lupa, alih-alih dari rindu tak pernah bersua.

"Gue cuma nanya," balas Beomgyu cuek.

Jeongin memajukan bibir. "Gii cimi ninyi. Tai."

"Sekarang."

"Hah?!"

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang