Chapter 17: Firasat

59 19 0
                                    


Hari ini menjadi hari yang tidak biasa bagi Raya.

Entahlah, sudah tiga hari belakangan, kegiatannya dipenuhi dengan tawa. Bukan hanya hasil dari perlombaan yang cukup baik—walau tidak sepenuhnya bagi Raya, menghabiskan waktu bersama ketiga temannya, serta kesibukannya menangani acara ulang tahun sekolah yang semakin dekatpun selalu ada waktu dimana dirinya tertawa. Mungkin bagi sebagian orang akan lelah jika menjadi Raya. Tetapi tidak dengan gadis itu.

Dia menikmati hidupnya.

Sampai rasanya, Raya merasakan hal aneh. Semuanya berjalan begitu lancar dan baik. Mulai dari sponsor yang memenuhi kebutuhan acara, ujian tengah semester yang berjalan seperti biasa, hingga Raya akhirnya bisa merasakan satu hari penuh bermain bersama Chaeryoung, Ryujin dan Yuna.

Menarik napas panjang dan menghelanya pelan, Raya bergumam lirih, "Gue nggak suka kadang kalau ketenangan yang gue rasakan sekarang, melainkan adalah awal dari sebuah bencana yang mungkin akan datang."

"Lo ngomong apa, Ra?" tanya Yuna, tidak dengar karena Raya berbicara begitu pelannya.

Raya mengerjap sambil menggelengkan kepala, "Nggak, bukan apa-apa."

"Tapi adik kelas sekarang ganteng-ganteng ya," cerocos Ryujin. "Gue doang yang ngerasa apa gimana, kok temen seangkatan kita biasa aja gitu. Tapi adik kelas sama kakak kelas tuh punya pesona beda sendiri gitu."

"Iya lah lo doang," balas Chaeryoung. "Kayak Kak Hyunjin gitu 'kan?"

Ryujin langsung cemberut sebal. "Tuh kan! Lo mah ngebahasnya dia lagi!"

"Tapi lo masih suka sama dia 'kan?" tanya Yuna. Ryujin tak menjawab, sementara ketiganya menunggu jawaban dari gadis itu. Yuna menjentikkan tanganya heboh. "Iya 'kan!"

"Nggak tau ah," dengus Ryujin, membuang muka.

"Tapi, Ryu, kayaknya sih Kak Hyunjin masih ngarep sama lo," cerita Raya.

Menggeleng tegas, Ryujin menatap Raya dengan ekspresi serius seolah dia sudah mengambil keputusan dalam misi penyelamatan dunia, "Jangan buat gue goyah lagi, Ra."

"Yah, lo nggak mau denger nih ceritanya?" tanya Raya. Jemarinya mengetuk meja dengan pelan. "Padahal gue baru dapet informasi terbaru."

Ryujin menghela napas. "Iya deh kalo maksa."

"Yaelah, bilang aja mau tau pake ngelak segala lo," cibir Chaeryoung lalu tergelak. "Iya iya, nggak nggak. Konsisten dong."

Yuna mencolek bahu Raya. "Udah, Ra. Cerita aja, udah keburu kepo itu dia."

"Kalian inget 'kan gue sama Hyunjin tuh udah kakak—adekan?" tanya Raya, menatap Ryujin yang wajahnya sudah memerah. "Jangan cemburu dulu, Ryujinku Sayang. Beneran Abang-Adek doang kok ini."

Mata Ryujin mendelik, tangannya dengan enteng memukul punggung tangan Raya. "Apa sih! Gue nggak bilang apa-apa!"

"Tapi muka lo bilang beda, Ryu," ucap Chaeryoung.

Yuna berdeham sebentar sebelum berbicara, "Muka lo bilang, 'pengen begitu juga,' tau nggak?"

"Nggak!" elak Ryujin—semakin terlihat kebohongannya.

"Ah udah elah, nggak kelar-kelar ini gue mau cerita," seru Raya. "Ryujin, lo jangan sakit hati dulu ya sebelum gue cerita. Jadi kan gini—"

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang