Chapter 32: Teka-teki

50 16 3
                                    

"Jangan cari gara-gara terus, Hanbin."

Raya meringis sambil mendesah pelan menatap ketiga lelaki yang ada di depannya. Kepalanya terasa pusing, wajahnya berdenyut dan tubuhnya bergetar. Terhintung telah tiga puluh enam jam Raya tak mengonsumsi karbohidrat apapun.

Selama seminggu belakangan, Raya bersembunyi di kontrakan yang ada dipemukiman warga pinggir kota yang jauh dari kamera keamanan. Ia berusaha mencari orang yang ada dibalik semua ini, meski ia dapat mengira siapa orangnya. Hanya saja, dia tahu kalo orang itu tidak sendirian. Orang itu tak memiliki sumber daya sebanyak itu sampai bisa menguntit dan meneroror Raya selama bertahun-tahun. Ia hanya tahu satu hal, dia orang yang dekat dan dia punya orang belakang.

Raya juga diam-diam harus menyelamatkan Beomgyu kemarin dan berakhir dia yang menggantikan posisi lelaki itu sekarang. Ah, semoga dia baik-baik aja.

"Lo lagi diculik begini masih bisa aja ya sensi," Hanbin tergelak dikursinya. Jenis tawa yang terdengar sangat menyebalkan ditelinga Raya. Kalau saja kedua tangan dan kakinya tak di ikat, maka akan dipastikan kaus kaki yang sudah tak seminggu dicuci akan disumpalkan ke mulut Hanbin sampai lelaki itu sesak napas.

"Tapi kalo diliat dari dekat begini," Jaewon mengikis jarak hingga mereka dapat beradu napas satu sama lain, "Lo cantik banget ternyata."

Bobby mencebik sebal, "Gue udah pernah bilang sama lo Jon, tapi lo sendiri nggak percaya," ia melirik Raya. Keningnya masih mengalir darah segar akibat pukulan Jaewon yang menggunakan kayu karena gadis tersebut terus saja berontak sampai akhirnya lelah sendiri. "Lo harus merasa aman sedikit, Raya. Bos meminta kita untuk nggak membuat lo mati."

Gigi Raya bergemeletuk, menahan amarah yang meluap-luap, "Tapi kalian melukai gue."

"Hohohow," Jaewon melebarkan senyum. Ia melangkah menjauh. Duduk di sofa yang lebih empuk, tepat berhadapan dengan kursi berkarat yang Raya duduki, "Apa lo akan menggunakan nama Neana lo sekarang?"

"Gue lebih suka ketika orang mengenal gue sebagai Kearayya Jeanne tanpa nama tengah," Raya membalas dengan ekspresi sukar ditebak namun tak terlihat sama sekali ketakutan dari matanya, "Apa kalian berpikir gue akan menangis ketakutan dan berpikir bakal diperkosa sama kalian?"

Tawa Jaewon meledak-ledak. "Yah, sebenernya gue sih pengen banget bermalam dengan lo di hotel. Kayaknya asik dan eum ... gue akan pastikan lo puas. Tapi, gue ini orang yang memegang janji. Jadi, gue nggak bisa berbuat banyak," Jaewon menyugar surai hitamnya sebelum lanjut berkata, "Lo harusnya beruntung, nggak diperkosa sama kita-kita sekaligus."

"Gue nggak tertarik ah sama dia," kata Bobby. "Banyak backingan, gue bakal tertiup bagai kapas dengan mudah."

"Sekaligus, hah ... lo terdengar seperti hewan, Jaewon," Raya menundukkan kepala, tertawa getir sebelum kembali menatap Bobby, "Mendingan lo lulus SMA dulu, bang. Baru boleh ngomong puitis kayak gitu."

Sontak Hanbin dan Jaewon tertawa puas sementara wajah Bobby berubah masam dan memerah. Disisa tawanya, Hanbin menatap Bobby dengan tatapan meledek, "Bob, masa lu dikatain sama anak baru lulus SMA."

"Kalo secara pendidikan, derajat Raya udah lebih tinggi dari Bobby, Bin," Jaewon menatap Bobby, "Santai, becanda doang."

"Huf, untung gue nggak baperan." Bobby mencebik.

"Yah, tapi menurut gue, derajat kalian nggak beda jauh sama Bobby," sahut Raya membuat Hanbin dan Jaewon seketika menoleh, "Gue nggak merasa beruntung juga ada disini dan harus bersyukur nggak diperkosa atau dibunuh. Karena gue yakin, kalian hanya bertugas setelah ada perintah dari atasan kalian."

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang