07. sudden attack

31 8 0
                                    

Kepala Raya terasa pening saat membaca dokumen yang ada di layar komputer. Pandangannya agak kabur jadi ia menggelengkan kepala kembali, berusaha mengembalikan fokus. Sementara matahari tengah bersinar begitu teriknya, hingga Raya harus menutup gorden sebab kaca yang membiaskan cahaya, begitu silau.

Pintu terketuk beberapa detik kemudian. Tiga orang yang bahkan tidak Raya panggil berdiri bersejajar. Mengetahui ada maksud tertentu, Raya menghela napas panjang. "Kenapa?"

"Sekarang jam makan siang," kata Hyunjin.

"Terus?"

"Harusnya jam segini semuanya pada makan." sahut Junho.

Raya menahan napas. "Intinya dah. Kalian mau ngomong apa?"

"Ayo, makan bareng di kantin," kata Minhee. "Muka lo pucet banget kek mau mati."

Ia menggelengkan kepala. "Kalian aja, gue nanti."

"Nanti kapan?" Minhee bertanya lagi. "Udah sih ayo buruan!"

Malas berdebat lebih panjang, Raya menutup dokumen yang ada diatas meja lantas berdiri menghampiri mereka bertiga. "Kalian disuruh, ya?"

"Disuruh gimana?" tanya Hyunjin bingung.

"Tumben aja."

Ke empatnya memasuki lift berbarengan. Tadinya, beberapa karyawan yang lain ingin ikut tetapi begitu melihat Raya disana, mereka terlihat segan.

"Sebagai sekretaris yang baik, gue cuma nggak mau bos gue skip makan."

Raya merotasikan netra mendengar ucapan berlebihan Minhee. "Alasan lo taik banget."

"Sebenenya, Chaeryoung yang minta gue samper lo," Junho bersuara. "Awalnya sih, gue nggak ngerti. Tapi emang bener selama ini lo makan salad doang?"

Sepasang mata Raya mengerjap mendengar ucapan Junho. Bersamaan dengan suara denting pada mesin lift, menandakan bahwa mereka sudah tiba di lantai satu--tempat dimana kantin berada. "Iya, gitu. Gue nggak sempet masak. Jadi yang gampang aja."

"Salad itu bukan makanan," sahut Hyunjin. "Gimana bisa lo makan begitu terus-terusan?"

"Bisa aja ketika waktu yang lo punya terbatas dan lo bisa aja nggak makan sama sekali."

Mereka kemudian mengambil senampan yang sudah berisi nasi serta lauk-pauk yang memang disediakan untuk seluruh karyawan kantor. Menyapa beberapa dari mereka yang menegur Raya, lantas bergerak menuju salah satu meja panjang yang kosong.

Sebenarnya, Raya tak begitu berselera makan. Tetapi melihat ketiganya dengan tatapan paksaan begitu, ia menurut saja. Sebab memang sudah jarang sekali makan begini.

"Ryujin cerita sama lo nggak, Kak?" tanya Raya ke Hyunjin.

"Suaranya pelanin, di denger karyawan lain nggak enak," desis Hyunjin kesal. "Cerita apa yang lo maksud?"

Tangannya bergerak menyuap makanan sedikit demi sedikit. "Apa aja, soal gue," lalu matanya melirik Junho dan Minhee. "Ke kalian juga."

"Ya, itu," Minhee mengunyah makanannya terlebih dahulu. "Yang soal lo nanganin pajak yang belom kebayar, gimana lo lembur waktu libur terus yang kata lo makan salad mulu setiap hari."

"Chaeryoung juga tiba-tiba nanya, kerugian perusahaan berapa sama gue," kata Junho. "Sebenernya, lo cerita apa sih sama mereka? Gue ampe bingung jawabnya."

Raya menelan makanannya untuk sesaat, lalu menjawab. "Banyak. Namanya juga cewek, tapi ya nggak semua."

"Lo beneran harus ngasih gue izin cuti lebih kalo perusahaan udah stabil," mata Hyunjin agaknya membola. "Awas aja kalo boong!"

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang