Chapter 29: abu-abu

44 18 2
                                    


"Wuanjir!" Minhee berseru keras saat benda plasma berukuran besar tersebut menyala dengan wajah Raya, ia mengumpat pelan, "Bangsat gue kaget."

Eunsang serta yang lain melangkah pelan mendekat menuju sofa, berdiri disana untuk menonton video yang ternyata direkam oleh Raya sendiri. Wajahnya tak berbeda jauh dengan kejadian insiden penculikan paska lalu. Pucat, lelah, dan yang membedakan hanyalah sorot mata yang sendu.

"Halo, temen-temen!"

Chaeryoung menutup mulutnya setelah mencicit pelan, "Raya tau kita bakal kesini."

"Pertama-tama, gue mau ngucap makasih banyak banget atas em ... hampir tiga tahun? Nggak deh, dua tahun lebih kayaknya. Gue mau berterima kasih banyak sama kalian. Terutama Chaeryoung, Ryujin, dan Yuna. Gue nggak tau lagi harus mengekspresikannya dengan rasa yang kayak gimana karena itu gue hanya bisa berterima kasih," Raya ucap sambil tersenyum, tanpa tahu bahwa ke enamnya menonton dengan mulut yang bungkam tak dapat mengeluarkan sepatah kata, "Gue juga berterima kasih sama Minhee, Eunsang, dan Junho because you guys completed to coloring my high school years. Really. Gue tau, banyak hal yang belum gue jelaskan dan mungkin disini kalian bakal bingung, kok gue tau sih kalian bakal datang ke apartemen? Well, sebenarnya, ini cuma perkiraan gue aja dan semisal kalian menonton ini berarti dugaan gue benar."

Tangan Eunsang memegang erat kepala sofa, menahan rindu yang mendadak membludak yang terasa dalam hatinya saat melihat wajah dan mendengar suara tersebut, "Sebelumnya, gue minta maaf banget karena sebenarnya gue ngelacak ponsel kalian selama ini. Bukan tanpa alasan, karena kalian adalah kalian. Gue nggak mau kejadian dulu terulang. Jadi gue melakukan hal ini karena tujuan gue hanya satu: gue nggak ingin kalian terlibat," Raya menundukkan kepala, menahan air mata yang merangsak memaksa ingin keluar.

Mengusapnya dengan jari telunjuk sebelum melanjutkan, "Alasan dibalik kenapa gue akhir-akhir ini menjauh dari kalian adalah gue hanya memperkecil kemungkinan bahwa masa lalu akan terulang. Kalian inget rumor yang rame di website lambeshs beberapa waktu lalu? Berita tentang I dan K di SMA 32. So, itu nggak sepenuhnya benar dan nggak sepenuhnya salah."

"K itu gue, Kearayya, sementara I adalah Innaya, satu-satunya teman SMP yang pernah gue punya. She's so kind, and we're like had a lot in commons. Cekcok yang dimaksud dari berita itu memang benar adanya, karena disana gue meminta Innaya untuk tetap tinggal meski sebenarnya dia harus pindah ke Singapura karena orang tuanya diharuskan bekerja disana," menjeda sesaat untuk menarik napas panjang serta menghela pelan, ia kembali bilang, "I don't know what happened back then, she's found death near at school. Saat itu, gue nggak tau kenapa tiba-tiba dia pergi, nggak lama setelah nyokap gue meninggal. Jujur, gue terlalu terluka saat itu, makanya gue menjauh dari semua orang."

Mata Raya kini tepat memandang kamera, seolah-olah ia memang menatap teman-temannya, "Itu kenapa saat di SMA 32 gue nggak punya sama sekali teman. Rumor itu terlalu rame dan nggak berdasar. Selama beberapa tahun belakangan, gue mencari tahu alasannya kenapa karena jelas kematian Innaya mencurigakan," ke enam remaja tersebut tercengang mendengar penuturan Raya, apalagi kemudian dia berkata, "Then I moved to SHS because of suck problem. Kalian tau masalah yang gue perbuat—pelanggaran-pelanggaran itu semuanya benar. Gue memang ikut balap liar, tawuran, bolos berbulan-bulan. I was so desperate back then, makanya gue nggak berharap bakal banyak punya teman di SHS sampai Kak Hyunjin nawarin gue masuk OSIS lalu gue ngerekrut kalian bertiga, turns out sekelas sama Minhee dan setelah itu kalian tau apa yang terjadi. I really glad spent my high school in there."

Kepala Chaeryoung sudah menunduk sejak beberapa menit yang lalu karena air matanya tak lagi dapat terbendung. Mata Yuna memerah, sementara Ryujin ... dia masih tidak percaya. Sama sekali.

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang