Ting! Nong!
Suara bel yang berbunyi sontak membuat konsentrasi Raya terpecah. Padahal dia tahu jelas kalau ini sudah dini hari. Tunggu, apa ini ada kaitannya sama Hyunjin yang tiba-tiba telepon gue? Ia masih sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri sementara bel apartemennya kembali berbunyi. Menarik napas kemudian menghelanya panjang, Raya beranjak keluar dari ruang kerjanya.
"Raya!"
Itu suara Junho, batin Raya. "I'm coming!"
Tepat ketika Raya membuka pintunya, sepasang netra hazelnya melebar. Minhee dan Junho berdiri dengan Eunsang yang dipapah bagian tengah. "What are you doing here?"
"Ribet banget sih sistem apartemen lo!" protes Minhee.
"Jawab aja dulu pertanyaan gue," Raya sempat dibuat bingung melihat kondisi Eunsang.
Minhee dan Junho malah saling pandang. Saat keduanya mengangguk tanpa mengatakan apapun, mereka berdua malah mendorong Eunsang hingga jatuh tepat dipelukan Raya. Hingga perempuan itu bersungut. "Apaan sih?!"
Kedua tangan Junho melekat di pinggang. "Lo jahat."
"What?!" satu alis Raya terangkat. Jujur saja, dia dengan susah payah menahan bobot Eunsang terlebih laki-laki itu lebih tinggi darinya. "Does he drunk?"
Minhee langsung mengangguk cepat. "Iya, gara-gara lo."
"Kenapa jadi gue yang disalahin sih," gerutu Raya.
"He proposed you, doesn't he?" Junho langsung bertanya pada Raya dengan tepat sasaran sampai si perempuan tak langsung jawab. "Iya, kan?!"
"...and none of you were drunk," kata Minhee melanjutkan. "Tega banget lo ngegantungin sahabat gue, Ra."
Sementara disana, Raya memejamkan matanya selama dua detik. Dia jelas sadar apa yang dia lakukan. Jadi, karena malas mendebat panjang, ia berkata, "Alright, my bad," katanya. "Bisa nggak lo bedua bantu bawa dia masuk?"
"Jelasin dulu."
"Nanti, please," kata Raya. "Badannya panas. Gimana bisa sih lo bedua bikin dia mabok pas sakit begini?"
"Dih, orang yang ngajak mabu aja dia," decak Minhee.
Akhrinya, baik Junho dan Minhee membantunya untuk membawa Eunsang ke kamarnya. Meski mereka terus menggerutu hingga membuat telinga Raya pengang sendiri.
"Mau sampai kapan, Ra?" tanya Junho ketika si perempuan tengah menarik selimut hingga bagian dagunya.
Menarik laci di nakas guna mengambil termometer, Raya meletakkannya pada mulut Eunsang setelahnya membalas. "Apanya?"
"You're playing with his feelings," kentara sekali Junho menahan kesal.
"No, I didn't," kilah Raya tak setuju. "Dia ngasih gue waktu."
"Tapi nggak sebulan juga kali!" seru Minhee kesal.
Raya lantas merotasikan netranya. Kedua lelaki di hadapannya ini tak pantang menyerah untuk menuntut jawaban darinya. "Oke, maaf—"
"Lo ngomong maafnya ke Eunsang aja," tukas Junho cepat. "Jelasin ke kita kenapa lo belum ngasih dia jawaban," dia menyugar rambutnya. "Lo tau nggak sih kagetnya kita saat dia bisa melakukan itu tanpa nanya ke kita apapun?"
"Lo aja kaget gimana gue?"
"Itu berarti dia memberanikan diri buat bilang begitu karena itu lo," Minhee mendesah panjang, menatap perempuan di depannya dengan tatapan tak percaya. "Dia nggak melakukan itu dengan Citra karena mereka dijodohin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moments | Eunsang ✓
Fiksi Penggemar[selesai] Seharusnya, sejak awal dia tak menyetujui sebuah ada yang sebenarnya hanya berfrasa; tidak membentuk suatu sempurna karena tidak memiliki salah satunya. was #1 in Eunsang / 240920. end, April 31 2021. Altheana © 2020