Chapter 28: Dissapear

50 16 0
                                    


"Eee-eeh, mau kemana lo, Sa?"

Eunsang merogoh saku, mengambil kunci dan menyerahkannya pada Minhee. Melirik Yuna, Ryujin dan Chaeryoung yang sudah duduk di kursi tengah, ia berkata, "Lo nyetir. Bawa ke rumah gue aja. Rumah lagi kosong. Gue nyusul Raya dulu."

"Tapi—"

Eunsang berlari kembali ke tempat semula. Sejujurnya kepalanya terus berpikir tentang spekulasi yang buruk. Tidak mungkin kan? Ah ya, mana mungkin. Jadi, menepis segalal pikiran buruknya, kakinya melangkah cepat kembali menyusul Raya. Namun tepat sebelum Eunsang menyentuh kenop pintu, suara memekakan terdengar.

Dor!

"Sialan," suara Raya berdesis samar.

"Gue kagum dengan keberanian gadis cantik kayak lo gini nih."

"Gue juga. Lo menantang banget sih."

Kemudian terdengar suara berdebum. Pukulan antara manusia dengan manusia yang lain. Dengan tangan gemetar, Eunsang membuka kenop pintu. Lalu ia menutup mulutnya, Raya—

"Oh, ada yang balik lagi nih?"

Eunsang terkesiap sementara pada detik selanjutnya, tatapan Raya dan Eunsang bertemu. Ia tahu, pasti dalam lubuk hati Raya, mengumpati atas tindakannya.

"Lo ngapain disini?" seru Raya dongkol. "Balik sana."

"Eh, gabisa lah," kata Bobby. "Biar seru. Masa lo sendiri sih, Ra."

"Nggak usah sok akrab!" Raya mendelik menatap Bobby. Kala terlihat lengah, Raya mengambil pisau lipat yang tergeletak, "Jangan lo deketin dia, Bobby."

"Kenapa nggak?" Bobby menarik tangan Eunsang, tetapi baru saja ingin menyandera, sebuah pisau melayang dan menancap tepat pada pundaknya. Lelaki itu langsung tersungkur, menatap Raya dengan mengerang kesakitan, "Lo gila, ya?!"

Raya mengangguk sambil berlari menghampiri dan berdiri di depan Eunsang, "Gue emang gila. Lo nggak tau?"

Dengan begitu, Raya meraih tangan Eunsang untuk membawanya berlari pergi dari sana. Eunsang sendiri seolah terdiam dan mengikuti Raya dari belakang. Gadis itu terus-terusan meringis sakit sambil terus mendumal. "Gue nggak tau kenapa lo bodoh banget pake balik lagi kesini segala," ucap Raya.

Namun kemudian mereka sampai di depan mobil sedan warna hitam yang Eunsang tidak tahu milik siapa. Ia masih diam sampai Raya menempelkan telapak tangan di pintu kemudi dan klik. Pintu terbuka.

Tunggu, apa yang baru saja Eunsang lihat?

"Ngapain lo bengong disitu?" tanya Raya heran. "Masuk."

"Ini ... mobil lo?"

"Kenapa? Lo nggak percaya?"

Eunsang menggeleng—teringat penjelasan Papa mengenai siapa Raya sebenarnya—lalu lantas merebut kunci yang ada di tangan Raya. "Biar gue yang nyetir."

"Sa—"

"Lo luka," Eunsang melihat darah merembes dari jaket kulit Raya hingga turun ke tangan gadis itu. Meski gelap, Eunsang bisa jelas melihatnya.

Malas mendebat panjang, Raya menurut. Akhirnya ia membiarkan Eunsang menyetir sementara ia meraih kotak P3K yang memang selalu tersedia. Tanpa peduli Eunsang meliriknya beberapa kali, Raya melepas jaketnya dengan perlahan. Memotong lengan kaos biru yang sudah berwarna merah karena darah.

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang