Chapter 23: Kebenaran

47 17 2
                                    

"Jadi gimana? Lo udah ketemu bokap lo?"

Setelah meminta maaf pada ketiga temannya dan memberi penjelasan seperlunya, Raya merasa sedikit kelegaan membuncah dalam dada. Agaknya ketiga temannya memang benar-benar mengerti walau masih ada hal lain yang membuatnya cemas tapi tak dapat ia ungkapkan begitu saja.

"Udah," Raya menundukkan kepala lesu. "Tapi sebentar. Nggak sampe sepuluh menit kayaknya."

"Ra—"

"Gue paham kok," kata Raya. "Dia masih berharap gue bisa jadi dokter, keliatan dia kecewa besar sama gue."

"Sori ya, kemaren di chat kita marah-marah sama lo," ucap Chaeryoung.

Menggelengkan kepala, Raya tidak setuju, "Gue tau kalian marah. Wajar," Raya menatap ketiga temannya bergantian, "Gue mau ngomong sesuatu sama kalian, tapi jangan dipotong dulu."

"Apa?" Yuna bertanya semangat. "Lo jadian sama Eunsang?"

Bibir Raya membentuk senyum getir saat mendengar pertanyaan tersebut, "Dia marah."

"Marah kenapa?" tanya Ryujin. "Dia ngebentak lo?"

"Nggak ngebentak. Emang gue yang salah. Gue tolol, gue sadar kok," balas Raya. "Dia pantes marah."

"Temen-temen," Raya menarik napas dan menghela panjang, tahu kemana akan mengarah. Dia sudah mempersiapkan semuanya, "Setelah ini kalo gue menjauh, jangan tanya apapun dulu ya. Tunggu sampe semuanya selesai, gue bakal ngejelasin semuanya tanpa terkecuali."

Yuna mengerjapkan mata bingung, "Maksudnya?"

"Ngomong apa sih," kata Ryujin. "Lo bikin gue takut."

"Maaf, maafin gue. Terima kasih banget kalian mau jadi temen gue disini. Gue banyak hutang," balas Raya lagi. Ketiga temannya masih menatapnya dengan bingung. "Gue bakal menjauh, tapi jangan ditanya dulu. Kasih gue waktu buat nyelesain semuanya."

"Apaan sih?!" seru Ryujin jadi kesal. "Lo jangan ngomong gitu ah! Kenapa?"

"Pokoknya, gue minta maaf."

"Maaf apa?" tanya Chaeryoung. "Lo makin hari makin aneh deh, Ra."

"Gue minta satu hal," suara Raya memelan, tanpa mereka sadari. "Jauhin gue, tetap jauhin gue. Jangan deket-deket gue. Jangan berteman sama gue. Jangan mudah percaya sama hal apapun."

"Kenapa?" tanya Ryujin. "Lo harus ngasih penjelasan biar kita bisa paham."

"Nggak sekarang," Raya bangkit dari duduknya. "Nanti. Setelah semuanya selesai. Maaf. I'm so sorry."

Raya langsung pergi meninggalkan ketiga temannya yang masih butuh penjelasan dengan perasaan yang kacau. Langkahnya dengan tergesa terus menaiki anak tangga. Hingga setibanya ia di rooftop, lututnya melemas. Nafasnya terengah juga memburu. Matanya memanas.

Ia bersandar pada dinding balkon. Mengeluarkan sebatang rokok dan menyesapnya. Perasaanya kacau, apalagi pesan-pesan terror tersebut datang kepadanya. Setiap hari.

Unknown:
menjauh
atau semuanya bakal terulang

"Sial," umpat Raya. Airmatanya luruh sambil mulutnya mengisap rokok tersebut. Asap berdenyar ke udara. Dadanya terasa sesak.

Mendadak ponsel Raya bergetar hebat. Terus bergetar tanpa henti.

Menghapus air matanya dengan agak kasar, Raya membuka ponselnya. Ia terkejut kala menerima banyak pesan kebencian yang tiba-tiba. Lalu lantas ia membuka akar dari penyebab hal tersebut terjadi.

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang