warning: ✨pokoknya ya gitu lah✨
*
Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi.
Eunsang melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Melirik Raya yang tertidur di kursi penumpang sambil memeluk tasnya begitu erat, ia mengetukkan jari diatas mobil mengusir bosan.
Ternyata Raya datang tidak membawa mobil. Sebab katanya, "gue hari ini kan mau mabuk. Mana bisa bawa mobil sendiri!"
"Pake supir lah!" Hyunjin menyerocos tak terima. "Masa CEO nggak punya supir."
"Supir juga manusia, dower," kata Raya. "Dia punya keluarga sendiri, anak, istri yang kudu diurus. Punya kehidupan. Masa gue repotin."
"Tapi lo repotin temen lo sendiri!"
"Dower, lo baru resmi nikah bulan depan."
Akhirnya, karena hanya Eunsang yang datang kesana sendirian, dia inisiatif untuk mengantar Raya. Sebab dia juga satu-satunya orang yang mengetahui tempat terbaru Raya tinggal.
Jujur saja, Eunsang tak pernah menghadapi orang mabuk. Dia sibuk belajar, bekerja di rumah sakit, mengurus anak. Jarang ada waktu untuk minum alkohol. Apalagi di tengah waktunya saat menjalani residen begini.
Dia agak susah payah membawa Raya ke unit apartemennya sendiri. Cewek itu hampir lepas dari genggamannya, andai saja Eunsang tak cepat membawa ia ke lift sebelum ada orang yang melihat.
Eunsang meraih tangan Raya. Meletakkan ibu jarinya pada tombol interkom. Setelahnya pintu unit apartemen itu terbuka. Raya masuk dengan tergopoh-gopoh. Melepas sepatu dan melemparnya asal. Sementara Eunsang sendiri kelabakan saat melepas alas kaki dan Raya berjalan hampir membentur dinding.
"Ra..." Eunsang meraih lengan cewek itu ke pundaknya. Susah payah untuk membawanya berjalan menuju kamarnya. Satu tangannya sibuk menahan tubuh si gadis sementara tangannya yang lain membuka pintu kamar miliknya.
Raya berjalan tanpa tahu apa yang terjadi. Dia tak sengaja menyeret Eunsang untuk masuk ke dalam kamarnya sebab satu tangannya masih ada di leher lelaki itu. Bergerak tanpa arah, hingga mereka terbentur pada tepian kasur hingga Eunsang menjadi orang yang pertama kali mendarat diatas benda yang empuk itu. Raya sendiri diatas tubuhnya. Menahan bobot tubuhnya sendiri dengan susah payah, kedua tangannya berada di sisi kepala Eunsang.
Rambut Raya yang tergerai dan membungukus wajahnya terasa di kulit Eunsang sebab jarak mereka terlalu dekat. Menelan ludah, dengan darah berdesir dan sekujur tubuh meremang hebat, si lelaki berujar gugup, "Ra, awas dong..."
"Esa..," cicitnya pelan. Jujur, Raya masih satu-satunya orang yang bukan keluarganya memanggilnya dengan nama itu. Si gadis menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Lampu tidur yang sempat Eunsang nyalakan tadi sepertinya tak memberi penerangan begitu banyak. "Sa,"
Mata Eunsang mengerjap cepat. Jantungnya berdetak begitu keras hingga takut jikalau perempuan di depannya ini akan mendengar. "y-ya?"
"Can I kiss you?"
"Tunggu--apa?"
"Saat ini, gue menjalani hidup tanpa punya keinginan apa-apa, Sa," balasnya. "Makanya gue tanya. Can I kiss you? Sebab gue menginginkannya sekarang."
Kepala Eunsang menggeleng. Menahan dirinya sendiri mati-matian saat berujar, "Nggak, Ra. Lo mabuk."
"Beneran nggak boleh?"
"Ra, lo nggak berpikir untuk melakukannya walupun gue bilang nggak kan?" rasanya jantung Eunsang mau copot dari tempatnya. "Nanti lo menyesal."
"Can I?"
![](https://img.wattpad.com/cover/220436360-288-k444323.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Moments | Eunsang ✓
Fanfic[selesai] Seharusnya, sejak awal dia tak menyetujui sebuah ada yang sebenarnya hanya berfrasa; tidak membentuk suatu sempurna karena tidak memiliki salah satunya. was #1 in Eunsang / 240920. end, April 31 2021. Altheana © 2020