Chapter 11: That Talk

68 19 0
                                    

Raya mengambil rokok di saku, menyalakan pemantik lalu membakar rokoknya. Dihisapnya benda beracun itu hingga asapnya menyebar ke udara.

Raya sendiri memutuskan untuk merokok di pinggir lapangan outdoor. Cahaya bulan adalah satu-satunya penerang di malam yang gelap gulita. Agaknya perut lapar Raya menjadi sebab emosinya yang meledak-ledak. Tetapi bukannya makan, Raya malah merokok dan membeli dua kaleng kopi dingin dari food machine.

Raya jadi merasa bersalah. Dia tak seharusnya memaksa orang lain bisa melakukan apa yang dia bisa. Itu bukan haknya.

"Ra." Beomgyu berjalan mendekat, duduk di samping Raya.

Raya menghembuskan asapnya. Melirik Beomgyu sekilas sebelum menatap terangnya bulan diantara gelapnya malam, "Kalo lo kesini mau ngelarang gue ngerokok apalagi ini di sekolah, maaf ya, Pak. Nggak bisa. Gue lagi suntuk."

Beomgyu batuk-batuk menghirup asap rokok tersebut. "Nggak. Gue paham lo kesel."

"Masa?" Raya menaikkan alis. "Biasanya lo paling bacot kalo ada siswa yang ngerokok di sekolah."

"Lo beda."

Raya mengangguk. Memberikan sekaleng kopi pada Beomgyu. "Ngopi nggak?"

"Nggak," Beomgyu batuk-batuk lagi. "Gue nggak minum kopi."

Meski agak tidak rela karena masih setengah batang, Raya menjatuhkan rokoknya dan mematikan sumbu yang menyala hanya dengan sekali injak. Dia memungut batang rokok itu dan membuangnya begitu saja ke tempat sampah yang tak jauh darinya. Menyesap kopi kaleng dinginnya begitu saja. "Sori."

"Apa?"

"Gue nggak seharusnya marah-marah tadi," Raya membuka kaleng kopi yang kedua. "Gue merasa bersalah—apalagi ke Kak Hyunjin, Kak Seungmin, Kak Chaewon. Biar gimanapun, mereka kakak kelas. Gue juga nggak enak ke yang lain, yang capek nggak gue doang, kita semua capek. Sedangkan gue marah-marah karena memaksa bisa apa yang mereka nggak bisa."

"Ra,"

"Gue bakal minta maaf besok," kata Raya. "Gue juga minta maaf ke lo. Jadi ketua divisi yang nggak becus. Udah gitu, lo keliatan nggak nyaman dengan asap rokok sampe batuk segala. Maaf ya."

Beomgyu tersenyum. Kepalanya bergerak menatap langit yang dihiasi bulan. "Gue iri sama lo."

"Hah?" Raya hampir tersedak kopi. "Iri apa?"

"Lo mudah menyuarakan apa yang lo pikirkan."

"Lo pikir gue begitu?"

Selepas Beomgyu menatap sinar bulan, cowok itu menatap Raya yang ternyata melakukan hal yang sama. "Sepertinya gue salah."

"Gue nggak tau," balas Raya. "Gue masih nggak tau soal diri gue sendiri."

"Gue suka Ra, sama lo."

"Gyu, gue—"

"Gue tau," Beomgyu menatap langit kembali, tak ingin melihat wajah Raya. "Lo udah punya pacar. Gue tau."

"Gyu, nggak gitu. Gue—"

"Gue hanya pengen lo tau, karena setidaknya gue bisa merasa lebih lega," suara Beomgyu terdengar sangat rendah dan tanpa emosi. "Lo nggak perlu menjawab, juga membalas. Gue nggak mengharapkan apa-apa."

Raya menundukkan kepala, bukan itu, "Maaf, Gyu."

"Lo nggak salah, nggak perlu minta maaf."

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang