Chapter 15: Night Call

52 18 0
                                    

Raya duduk di balkon kamar Yuna sambil menyesap rokoknya. Dalam satu jam terakhir, gadis itu telah menghabiskan dua kaleng kopi juga sepertiga dari sebungkus rokok. Pikirannya bercabang-cabang. Mulai dari tawaran pekerjaan dari temannya dahulu, hingga apa yang baru saja terjadi hari ini.

Chaeryoung, Yuna, dan Ryujin sibuk menonton serial Harry Potter yang ada di laptopnya. Raya sendiri sudah menontonnya sampai bosan. Malam juga semakin larut tatkala Raya merasakan angin malam yang semakin kencang berhembus.

Ada alasan tersendiri mengapa Raya mengakhirinya hari ini. Bukan hanya mengenai, tetapi juga apa yang dia dengar semalam dari para penguntit itu.

"Nggak kayak dulu, sekarang cewek itu punya banyak temen bahkan dia punya teman dekat," kata Hanbin, yang Raya baru ketahui namanya setelah si Penguntit Jaewon yang dipanggil 'Jon' oleh kedua temannya. "Gue denger-denger dia pacaran sama anak pemilik yayasan."

"Apa emang takdirnya gue nggak punya temen apa gimana ya," gumam Raya lekas ia menghela napasnya. Kepalanya menoleh ke belakang, dimana ketiga temannya asik menonton dengan memuji ketampanan aktornya. "Masa sekalinya punya, gue ngebahayain mereka sih."

Raya mematikan rokok, lalu mengambil sebatang lagi, membakarnya dan menyesap hingga asap keluar dari mulut dan hidungnya. Malam ini, tidak ada bulan. Awannya berwarna kelabu dan angin yang berhembus kencang seolah pertanda bahwa hujan akan turun. Kemudian dia memutuskan untuk mengakhiri kegiatannya. Rokoknya dibiarkan terbuang meski batangnya masih panjang. Setelah membuang sampah, Raya kembali masuk ke dalam. Menutup pintu yang tersambung dengan balkon, merebahkan diri di kasur besar milik Yuna.

Matanya menatap langit-langit kamar yang di cat berwarna putih gading. Pikirannya berkelana entah kemana. "Gue merasa menyesal dan lega di saat yang bersamaan," Raya mengusap wajahnya.

"Kenapa gitu?"

Raya reflek terbangun. Ternyata ketiga temannya telah selesai menonton dan kini menatapnya untuk menunggu jawaban.

"Udah selesai nontonnya?"

Chaeryoung mengangguk. "Udah. Lanjut besok aja. Udah jam satu pagi ini."

"Lo kenapa?" tanya Ryujin. "Dari tadi muka lo mendung banget tuh kayak langit di luar."

"Tau," timpal Yuna. "Biasanya kita ngereceh bareng."

Dia mengigit bibir, agak ragu ingin bercerita. Tetapi dirinya yang lain merasa, Raya pernah mengecewakan temannya karena diamnya.

"Lo berantem sama Eunsang?" tebak Chaeryoung. Raya menghela napas. Pandangannya berubah sendu, mengundang kecurigaan berlebih untuk ketiga temannya.

"Jangan bilang—kalian?" tanya Yuna. "Putus?"

Raya menggeleng. Dia meraih tas ranselnya yang ada di sisi kasur. Mengeluarkan selembar kertas yang berisi kontrak kerjanya dengan café tempat dia bekerja sebelumnya. Lalu, bibirnya mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya sejak awal. Tidak semuanya karena Raya rasa mengenai penguntit itu, mereka tidak perlu tahu. Raya hanya ingin menceritakan perihal hubungan yang sebenarnya dengan Eunsang.

Mereka terkejut tentu saja. Apalagi selama enam bulan berlalu, mereka tidak curiga sama sekali mengingat baik Raya dan Eunsang memang terlihat sesibuk itu dan sempat terkejut dengan kejadian di lapangan kala itu. Raya berkali-kali minta maaf.

"Udah udah, gapapa," Chaeryoung mengusap punggung Raya.

"Sebenernya, gue pengen cerita dari awal sama kalian, tapi gue takut Yuna apa Ryujin keceplosan."

Yuna mendelik. "Ih, nggak bakalan!"

"Gue aja nggak tau Ryujin sama Kak Hyunjin sempet punya hubungan kalo bukan lo yang keceplosan Yun," Raya memandang Ryujin yang kemudian memandangnya sinis karena menyebut nama itu lagi. "Sorry, Beb. Contoh doang."

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang