Tidak ada yang bisa menyakitimu selagi aku selalu ada disampingmu.
Fajar telah tiba dan seluruh isi rumah sedang melakukan sarapan bersama. Mario sudah kembali dengan perasaan yang lebih tenang dari yang sebelumnya. Ia duduk di meja makan namun di depan lelaki itu terdapat kursi kosong yang tidak diduduki oleh tuannya.
Hening, tak ada suara yang menggema dari orang-orang yang duduk di mansion ini, hanya dentingan alat makan.
Mega--kepala asisten rumah tangga kediaman Relegan pun merasa kasihan dengan gadis itu, baru beberapa hari di rumah besar ini sudah terjadi hal yang tidak-tidak padanya. Bu Mega membawa nampan berisi sup kaldu dengan beberapa makanan serta segelas susu hangat untuk gadis itu.
"Permisi,"
"Nak, ini bu Mega, tolong bukalah pintu, ayo sarapan dulu." pinta Mega mencoba memberikan sarapan kepada gadis malang itu.
Amaya yang melihat bu Mega, ia pun mencoba membujuk kakak iparnya itu untuk makan, jika tidak maka kesehatan wanita itu akan menurun. Sebenarnya Amaya sangat mempercayai Lili karena wanita itu tidak mungkin melakukan hal seburuk itu.
"Kakak, ini aku Amaya, makan dulu Kak sarapannya, jika tak mau setidaknya minumlah segelas susu hangat ini." Yang didapatkan Amaya sama halnya dengan Mega, tak ada perubahan dari wanita itu. Mega memberi tahu Lili bahwa jika ia lapar, makanan sudah tersedia di dapur. Amaya dan Mega pergi di depan kamar wanita itu dan membiarkannya tenang.
Dari pagi hingga sore Lili belum juga keluar dari kamar, beberapa anggota keluarga sangat mengkhawatirkan keadaan dirinya.
Petang pun datang dengan warna jingganya, wanita itu mencoba keluar dari kamarnya dan menghirup udara segar di halaman depan kediaman Relegan. Mengapa ia keluar petang? Karena saat pagi, siang, sore hingga malam sudah kumpul keluarga untuk bercengkrama. Siapa yang mau memperdulikan wanita kampung ini? Mereka hanya memandang kasta.
Keluarga kerajaan tidak akan pernah serasi dengan pelayan.
Belum lama ia berjalan-jalan, tangannya sudah dicekal oleh seseorang. Lelaki itu mencoba menariknya. Namun, Lili melawannya. Karena tidak ada tenaga Lili pun tidak bisa melawannya sekuat tenaga. Belum usai masalah tadi malam, lelaki itu datang lagi tanpa rasa jera.
Lelaki itu nampak berani menyudutkan Lili di tembok dekat gerbang utama yang gelap, Pandu mencoba membelai wajah gadis itu dan perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya. Lelaki itu terlihat membisikkan sesuatu ke arah wanita yang sedang digodanya itu.
"Jika semulanya aku duluan yang bertemu dengan dirimu, maka aku akan sangat beruntung jika kamu menjadi istriku. Teman hidupku."
"Sayang gadis cantik dengan bibir ranum seperti dirimu di sia-siakan oleh kakakku."
Zio yang baru saja pulang dengan kesibukannya, tidak sengaja melihat kakaknya berulah lagi hingga langsung mendorongnya jatuh tersungkur dari hadapan Lili yang meringkuk ketakutan.
Suara ribut-ribut itu membuat seluruh keluarga turun ke halaman depan begitu juga Mario.
"Sudah Kak, sudah cukup!"
"Aku sudah diam melihat Lili yang berulangkali dirimu coba untuk melecehkannya dan demi ketentraman rumah tanggamu aku diam."
"Sekarang, lihat wanita malang ini diselimuti ketakutan." bentak Zio yang membuat Pandu ingin menghajarnya. Namun tangannya dicekal oleh Mario.
Mario tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Pandu. Gania dan Gazza yang masih di bawah umur pun di bawa pergi untuk menonton televisi oleh Mega.
Mario meminta Lili menjelaskan namun tak ada kata yang terucap dari bibir manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI
Romance[Based on True Story] Haliaca Putri Pranata--Wanita muda dan lugu itu selalu berpikir, apakah ia pernah melakukan kesalahan sehingga takdir menempatkan dirinya pada lelaki yang tak tahu cara menghargai wanita? Ia masih teringat perkataan Mario setel...