Tidak perduli seberapa jauh kamu pergi, aku akan selalu menemukan dirimu dan tetap bersamamu.
Mario menatap lekat mata Lili, kedua tangannya menyeka air mata yang telah membasahi pipi mulus wanita itu. Mario menangkup wajah Lili dan ia kembali menguatkan hati Lili untuk tetap bersamanya, ia tidak ingin wanita itu pergi dan luka yang telah tertutup itu kembali menganga.
"Kisah kita sudah berakhir, maaf." Lili perlahan melepaskan kedua tangan Mario yang berada di pipinya. Wanita itu mengangkat gaunnya dan hendak pergi dari hadapan Mario tetapi lelaki itu memegang tangannya, menahan wanita itu untuk tidak pergi.
"Kisah kita mungkin akan berakhir, tetapi masih ada kata mungkin untuk memperbaiki semuanya, Lili."
"Apa yang membuatmu yakin bahwa kisah kita belum berakhir? Bukankah ini yang kau inginkan?"
"Aku akan segera per--" perkataan Lili terpotong karena Mario langsung menyergah ucapannya.
"Kamu tidak akan pernah pergi." ucap Mario dengan cepat
"Dengar. Dengar Lili, tidak ada kata akhir dalam kisah kita, dalam cinta kita. Karena kisah cinta kita baru saja dimulai." lelaki itu memasang wajah gusar setelah Lili mengatakan kata pisah. Kata yang dibenci oleh semua orang.
Mario membalikkan tubuh Lili untuk menghadap dirinya. "Siapa yang telah mengatur semua ini? Dan siapa yang membuat dirimu berani mengutarakan kata pisah? Apakah ibuku? Atau Pandu?"
"Tidak ada. Ini semua murni karena kesalahanmu, Mas. Dari awal pernikahan kita, kamu seharusnya tahu bahwa dirimu dan diriku sudah terikat dalam janji suci pernikahan namun dirimu masih tetap mempertahankan cinta terlarangmu. Lalu kenapa sekarang kamu mencegah diriku untuk pergi?"
Lelaki itu tidak mendengarkan perkataan Lili dan tetap menyimpulkan bahwa Ruby dan Pandu adalah dalang dari semua ini. Mario meninggalkan Lili yang terus memanggilnya, baginya Pandu atau siapapun yang menjadi dalang dari kekacauan ini harus mendapatkan konsekuensinya.
Mario masuk ke dalam ballroom tempat dirinya berdansa bersama Lili tadi dan tempat dirinya mengatur semua kejutan bahagia untuk Lili namun yang terjadi malah sebaliknya. Mario melirik jam tangannya, tepat. Pesta telah berakhir dan ia tahu bahwa Zio yang membantunya untuk menyelesaikan pesta ini.
"PANDU!" teriak Mario yang membuat keluarga Relegan, Pranata dan Zarnathan terkejut menatapnya bingung. Lili sudah berada di belakang lelaki itu dengan napas tersengal-sengal, wanita itu takut Mario akan melakukan kesalahan yang lebih buruk lagi.
Mario menarik kerah Pandu dan melayangkan kepalannya hingga membuat lelaki itu tersungkur ke lantai. Ruby yang melihat putranya kesakitan langsung mendekati Pandu dan membantu lelaki itu untu bangun.
"Apa yang kamu lakukan pada adikmu, Mario?" tanya Ruby dengan geram.
"Apa yang kalian berdua lakukan pada istriku? Bukankah ini rencana dari kalian untuk membuat kekacauan dalam pestaku?"
Ruby menatap Mario dengan bingung, bagaimana bisa Mario menyalahkannya? Jika dirinya saja tidak tahu bila Malika datang dalam pesta ini.
"Aku? Kamu menyalahkan Ibumu? Aku tidak pernah mengundang Malika untuk datang dalam pestamu."
Mario kembali menarik kerah lelaki itu. "Katakan dengan jujur! Apa kamu yang telah merencanakan semua ini?"
Amaya yang melihat suaminya kesakitan dan di tuduh seperti itu, ia pun merasa tidak tega dan membantah tuduhan dari kakak iparnya itu.
"Hentikan, kak Mario. Mas Pandu tidak melakukan apapun karena sedari tadi pagi aku bersama dengan dirinya. Aku paham jika kamu menuduhnya seperti itu, karena memang kamu tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh adikmu semenjak insiden waktu itu. Tetapi ini bukan mas Pandu yang merencanakannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI
Romance[Based on True Story] Haliaca Putri Pranata--Wanita muda dan lugu itu selalu berpikir, apakah ia pernah melakukan kesalahan sehingga takdir menempatkan dirinya pada lelaki yang tak tahu cara menghargai wanita? Ia masih teringat perkataan Mario setel...