Berhenti. Jangan pernah membawa masa lalu jika kamu sedang bersama masa depan.
Pagi ini pernikahan Lalea dilangsungkan, wanita ini sangat cantik memakai gaun berwarna biru tosca. Sengaja ia memilih gaun yang sedikit longgar agar tidak kelihatan bahwa perutnya kian membesar. Tetapi tidak ada raut bahagia yang terpancar dari wajah ayunya, sama seperti Ruby yang menikah dulu. Menikah dengan orang yang tidak kita cintai memanglah menyakitkan.
Tidak ada yang bertanya padanya apakah gadis kecil keluarga Relegan itu bahagia? Apakah ini adalah pernikahan yang diimpikannya? Apakah perasaannya sama seperti gadis-gadis lain yang sedang melangsungkan pernikahan?
Hari pertama menginjakkan kaki di Mansion Relegan. Sesuai dengan harapannya, mendapat hati sang Tuan dan bergelimang harta. Langkah kakinya menapak di lantai-lantai mengkilat itu, gaunnya sedikit ia jinjing, tak henti lekukan senyuman terukir di bibirnya. Pernikahannya dengan sang pujaan berlangsung begitu cepat.
Di rumah besar itu terlihat hening, bayi mungil sahabatnya berada di kediaman mertuanya. Dan suaminya pergi entah kemana, dia tidak peduli selama impiannya masih dalam genggamannya.
Dia membuka pintu kamar secara perlahan dengan cahaya remang-remang. Wanita itu berdiri di sisi kasur, tepat di hadapannya terdapat lemari sangat besar. Daun pintu lemari terbuka, di sana terdapat peti yang berisikan gaun pengantin.
Diambil gaun itu, digenggamnya sangat erat. Kilas balik membuatnya menghentikan aktivitasnya.
"Sungguh, aku sangat bahagia atas pernikahan sahabatku."
Gaun dengan Empire Style berwarna putih sangat cocok pada tubuh mungil wanita itu. Kedua keluarga itu sepakat untuk memilih tema dekorasi pernikahan bernuansa silver gold. Sungguh beruntung sekali Fitri menjadi menantu dari pewaris tunggal keluarga Relegan.
Nafasnya memburu, dia segera berlalu dari kamar itu membawa gaun pengantin yang diambilnya tadi. Di halaman belakang Mansion Relegan, dia mengumpulkan ranting-ranting kering dan menyalakan pemantik api.
Nyala merah itu semakin membara, seperti amarahnya. Dia membuang gaun itu di atas gelora api. Di dalam Mansion itu tidak akan ada gaun pengantin lain selain miliknya.
"Api membakar semuanya, termasuk membakar kenangan terakhir tentangmu dirumah ini."
***
Ruby menghampiri Lalea yang sedang termangu duduk di sisi kasur, apakah yang sedang ia lihat seperti déjà vu? Putri kecilnya itu mengingatkannya pada puluhan tahun yang lalu saat dirinya terlibat dalam rumitnya perasaan cinta.
"Dirimu sangat terlihat cantik, sama seperti Ibu waktu menikah dahulu." tuturnya sembari menatap wajah putrinya.
Dirimu memang sangat mirip dengan diriku, Lalea. Tetapi Ibu harap nasibmu tidak akan seredup Ibu.
Ruby terdiam untuk beberapa saat sebelum melanjutkan kata-katanya, "Apa dirimu siap dengan semua ini?"
"Bagaimana menurut Ibu? Apakah putrimu ini siap?" tidak menjawab perkataan ibunya melainkan sebaliknya gadis itu memberi Ruby pertanyaan. Bicaranya sangat lirih.
Lalea yang semulanya menunduk kini kedua manik matanya menatap Ruby dengan nanar.
"Jangan bersedih, Putriku. Ibu tahu apa yang dirimu rasakan, karena sungguh Ibu pernah merasakannya. Pedih, mungkin Ibu lebih hancur darimu. Ibu dan ayahmu menikahkan dirimu dengan Randi karena Ibu tahu dia lelaki baik dan juga berpenghasilan tinggi. Apakah kamu ingin menolaknya? Apakah kamu ingin menikah dengan cintamu? Apa cintamu bisa memberimu makan? Mau makan apa dirimu nanti jika telah membangun rumah tangga dengan pria buruk itu? Cinta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI
Romance[Based on True Story] Haliaca Putri Pranata--Wanita muda dan lugu itu selalu berpikir, apakah ia pernah melakukan kesalahan sehingga takdir menempatkan dirinya pada lelaki yang tak tahu cara menghargai wanita? Ia masih teringat perkataan Mario setel...