Part 14 - Forced

1.1K 71 10
                                    

Kamu menghancurkan banyak hal untuk mendapatkan kebahagiaan yang hanya sementara.

Senyuman itu mengingatkan Haruman pada wanita yang sangat ia cintai di masa lalu, senyuman itu terukir sebelum kesakitan menghampiri dunia cinta. Haruman merasa hatinya sangat bahagia melihat putri bungsunya akan menikah. Ia harus berhati-hati memilih calon suami untuk putri yang sangat ia sayangi itu karena ia tidak mau pilihannya menjadi beban seumur hidup mendapatkan penderitaan untuk putrinya, seperti halnya Ruby, dulu.

"Sayang, putri yang ayah paling sayangi ..." panggil Haruman kepada Lalea yang sedang berjalan menemui Haruman yang berada di balkon rumah.

Di sana sudah terdapat anggota keluarga yang lain. Ada Ruby, Mario, Lil, Pandu, Amaya dan Zio. Mereka semua dipanggil Haruman menuju balkon karena ia akan membahas mengenai Lalea, lebih tepatnya masa depan Lalea.

"Iya, Ayah."

"Mega, tolong buatkan teh hijau untuk kami." kata Ruby yang langsung dihampiri oleh Mega.

Lili melihat sekeliling, ia mengedarkan pandangannya namun ada satu hal yang membuatnya sangat serius menatap, yaitu luka di tangan Amaya.

Ia pikir itu adalah ulah tidak waras dari Pandu, segera ia membuang pikiran buruk itu dan fokus pada pembicaraan Haruman. Tetapi kenapa lukanya begitu besar?

"Ayah sudah menemukan calon suami yang paling baik di antara yang terbaik untukmu, Lalea."

Lalea terkejut. "Calon suami? Kenapa Ayah tidak mengatakan sebelumnya kepadaku?" wajahnya memerah, "Kenapa Ayah tidak meminta pendapatku terlebih dahulu?"

Mario yang melihat adiknya yang seperti itu pun bersuara, "Lalea, tenanglah ... Jika suasana hatimu sedang kacau, aku harap kamu tidak menambah kekacauan di hati bersih mu itu."

Lalea berdiri dari duduknya, ia tidak bisa menerima hal ini, kenapa semua selalu mengatur hidupnya? Yang ia inginkan hanya satu yaitu bebas, bebas bersama orang yang ia cintai namun sepertinya mustahil.

Gadis itu meninggalkan balkon dan pergi menuju kamarnya, tiba-tiba ia merasakan mual dan ia mempercepat langkahnya menuju toilet di kamarnya. Amaya mencoba mengejar Lalea namun Ruby mencegahnya, dan memberikan kode agar Ruby yang menangani putrinya itu.

Ruby memutar knock pintu, sepertinya tidak terkunci. Wanita setengah paruh baya itu masuk ke dalam kamar Lalea dan ia menemukan hal yang membuatnya hampir mati berdiri. Test pack.

Lalea,

Lalea hamil?

Oh, astaga.

Ruby mengunci pintu kamar Lalea dari dalam, wanita itu sangat marah dan merasa terhina atas apa yang sudah dilakukan oleh putrinya itu.

"Lalea!" teriak Ruby membuat Lalea berhenti membasuh wajahnya dan segera mematikan kran air kemudian berjalan menuju westafel.

Apakah ibu sudah menemukan itu?

Ruby sangat marah, ia berjalan dengan santai mendekati Lalea kemudian menamparnya.

"Apa ini, Lalea? Apa yang sudah kamu lakukan?" bentak Ruby dengan memperlihatkan test pack hasilnya positif di depan wajah Lalea.

"Jangan sentuh aku." cegah Lalea ketika Ruby ingin memeluknya, "Kenapa Ibu selalu menghalangi kebahagiaanku?"

Ruby terdiam sembari menangis, "Kapan aku menghalangi kebahagiaanmu, Nak? Apa pun yang kamu inginkan akan Ibu turuti, meski nyawa Ibu taruhannya."

"Tetapi kenapa kamu tidak merasakan kasih sayang Ibu dan ayah? Ibu melakukan semua itu agar dirimu mendapatkan seseorang yang akan membimbingmu menjadi lebih baik bukan malah mengajakmu jatuh dalam lubang kegelapan dan melakukan hal yang sangat fatal."

TIRANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang