Kamu bisa saja menyembunyikan masa lalu dan menutupnya secara rapat, tetapi kamu tidak bisa menyembunyikan kebenaran walau dirimu telah berlari sejauh mungkin.
Wanita itu terlihat sangat bertambah kecantikannya ketika di rias dan memakai gaun pengantin. Ia terus tersenyum di depan cermin, angin sepoi-sepoi dari jendela menerpa dirinya hingga membuat tubuhnya berdesir. Jantungnya terus berdegup namun sebisa mungkin ia meminimalisir nya.
"Sungguh, aku sangat bahagia atas pernikahan sahabatku." Ruby memulai pembicaraan. Sejujurnya ia tidak ingin melihat Fitri menikah dengan sang pujaan hatinya, tetapi apa boleh buat? Jika takdir berkata seperti itu.
Fitri memakai gaun dari perancang busana internasional yang dipilihkan langsung oleh keluarga Haruman.
Gaun dengan Empire Style berwarna putih sangat cocok pada tubuh mungil wanita itu. Kedua keluarga itu sepakat untuk memilih tema dekorasi pernikahan bernuansa silver gold. Sungguh beruntung sekali Fitri menjadi menantu dari pewaris tunggal keluarga Relegan.
"Ruby,"
"Aku tidak tahu harus melakukan apa nanti. Bagaimana aku memulai pembicaraan dengannya?"
"Oh, tidak. Ini sangat mudah, Sayang."
"Ada banyak topik pembicaraan. Tidak perlu dipikirkan." Ruby memeluk Fitri dari belakang. Wajah mereka berdua terlihat di cermin, banyak yang mengira mereka adalah saudari kembar tetapi tidak.
Fitri tersenyum tipis. "Apa nanti selepas aku menikah kita akan bisa bermain bersama seperti dulu? Meluangkan akhir pekan untuk berbagi cerita di tepi kolam angsa."
"Ya, tentu. Kita akan selalu bersama menjadi sahabat sejati, kamu dan aku adalah saudari yang tidak akan pernah terpisah, Fitri."
Kedua sahabat itu terus tertawa mendengar lelucon yang dilontarkan masing-masing, entah benar-benar tertawa bahagia atau apa. Mereka tidak tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya, mungkinkah ini akhir kebahagiaan tulus mereka?
Mencintai memang tidak salah tetapi yang salah adalah ketika seseorang mengambil paksa cinta tanpa tahu maknanya.
Vina--ibu Fitri telah memanggil putrinya, ia menghampiri Fitri ketika hendak turun.
"Sayang, mari kita ke bawah, semua tamu telah menunggu cantiknya putriku."
"Baik, Bu."
"Fitri?" panggilan Ruby membuat Fitri menoleh ke arahnya.
"Ada apa, Ruby?"
Ruby menyunggingkan senyuman. "Tidak, aku ingin ke toilet sebentar. Kamu bisa turun duluan, aku akan segera menyusul dirimu."
"Aku akan semakin gugup jika kamu tidak ada di sampingku, Ruby." Fitri mengernyitkan keningnya. Jika saat ini dia sudah gugup bagaimana jika nanti ia berhadapan dengan lelaki yang bertemu dengannya karena kesalahpahaman itu dulu?
"Aku akan segera kembali, Fitri. Tenanglah ada ibumu yang terus berada di sampingmu, Fitri. Benar 'kan, bu Vina?"
"Tentu, nak Ruby."
"Baik. Baiklah." tutur Fitri kemudian meninggalkan Ruby yang sedang berada di kamarnya. Fitri pergi dengan kebahagiaan namun Ruby menetap dengan kekecewaan.
Wanita itu menangis karena tak sanggup melihat kebahagiaan Fitri menikah dengan cinta pandangan pertamanya. Ia tidak bisa merebut kekasih Fitri karena mereka sudah menjalin persahabatan selama bertahun-tahun, sedari mereka kecil.
"A-aku? Kenapa pernikahanku terjadi karena tidak ada cinta? Sedangkan pernikahanmu terjadi karena cinta?"
"Apa salahku selama ini? Apa aku tidak berhak untuk memulai hidup baru dengan cinta? Apa aku telah melakukan kesalahan fatal selama ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI
Romansa[Based on True Story] Haliaca Putri Pranata--Wanita muda dan lugu itu selalu berpikir, apakah ia pernah melakukan kesalahan sehingga takdir menempatkan dirinya pada lelaki yang tak tahu cara menghargai wanita? Ia masih teringat perkataan Mario setel...