Part 17 - Prove it, don't just talk!

952 45 1
                                    

Buktikan dengan tindakan bukan dengan kata-kata.

"Selamat pagi menjelang siang." sapa wanita itu tapi tidak diindahkan oleh lelaki yang sedang duduk seperti biasa di bangkunya sembari membaca beberapa buku.

Melihat yang disapanya seperti itu, wanita itu nampak bingung. "Ada apa? Kenapa akhir-akhir ini kakak kelihatan berbeda?"

Mendengar kata berbeda, lelaki itu menoleh. "Apa ada yang berbeda? Apa yang berbeda dan siapa yang berbeda nona Lalea?"

"Kenapa kak Kalvito ketus sekali? Apa aku melakukan hal yang salah?"

"Boleh aku duduk di sampingmu?"

"Untuk apa?"

"Kenapa bertanya? Ya, aku ingin duduk. Kakiku sudah pegal berbicara dengan dirimu sambil berdiri."

Dalam lubuk hati Kalvito terasa benar-benar bersalah. Ia harus melakukan ini demi kebaikan Lalea, karena ia tidak ingin wanita yang dicintainya itu terpisah dengan keluarganya hanya karena dirinya.

"Kakak, sedang membaca apa?"

"Apa itu penting bagimu?"

Deg

Lalea memandang aneh kepada Kalvito, ada apa dengan lelaki ini? Apa dia marah padanya? Apa Lalea telah melakukan kesalahan pada dirinya? Atau apa yang selama ini dikatakan oleh ibunya itu benar?

"Apa yang sedang kamu katakan, Kak? Apa aku telah berbuat salah padamu? Jika iya aku minta maaf. Beri tahu kesalahanku agar aku bisa memperbaikinya dan tidak akan mengulanginya."

Bukan menjawab perkataan Lalea, Kalvito malah mengatakan hal lain, "Nona Lalea, aku ingin membicarakan hal penting padamu."

"Kak Kalvito, aku juga ingin membicarakan hal penting pada dirimu."

"Kamu duluan, nona Lalea." karena bersama-bersama ingin mengatakan sesuatu, Kalvito sengaja menyuruh Lalea untuk mengatakan apa yang ingin dikatakannya.

"A-aku? Tidak. Bukankah dirimu yang pertama ingin mengatakan hal padaku? Dirimu saja duluan, Kak."

Masih tetap dengan pendiriannya, Kalvito menyuruh Lalea untuk mengatakannya duluan.

"Baiklah. Aku punya kejutan padamu, aku yakin kau sangat-sangat bahagia."

"Mengenai apa?"

"Aku sedang hamil, Kak. Buah hati kita." Kalvito yang terkejut pun masih diam ditempatnya tanpa memberikan respon apapun. Lalea mengeluarkan sesuatu dari tasnya, test pack dan memberikannya pada Kalvito.

"A-anak kita?" tanya Kalvito dengan suara yang sedikit bergetar. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia kali ini sangat bahagia.

Kalvito memegang erat tangan Lalea, tangan Lalea terasa dingin. Segera lelaki itu mengusap-usap lembut tangan kecil Lalea agar wanita yang dicintainya itu merasa lebih hangat.

"Beberapa bulan lagi aku akan segera wisuda. Aku akan segera mencari pekerjaan untuk bisa menghidupimu dan anak kita, Lea."

Lelaki itu sampai lupa ingin membicarakan apa dengan Lalea karena ia tidak bisa memikirkan apapun selain wanitanya dan buah hatinya.

***

Pandu sedang bingung mencari ada di mana ibunya sekarang. Ia menyusuri tiap-tiap ruangan yang ada di dalam mansion Relegan, tetapi ia masih tidak melihat keberadaan ibunya.

"Ibu di mana kau sedang berada?" gumamnya. Apakah ibunya telah merencanakan sesuatu tanpa memberitahu dirinya? Oh, Ruby.

Ia melewati kamar Lalea namun pintu kamar adik perempuan itu terbuka padahal Lalea sedang berada di kampus.

TIRANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang