Seribu tanpa satu terlihat mustahil. Begitu juga dengan kita, aku tanpa kamu itu tidak pernah mungkin.
Langit memang tahu bagaimana keadaan hati hingga ia menurunkan rintiknya. Setiap rintik itu dipenuhi arti, menyusun tiap-tiap nada yang tergabung dalam alunan simfoni. Sudah dua hari sejak Mario tahu yang sebenarnya lelaki itu tidak menyapa bahkan acuh pada Lili, sifat dan sikapnya kembali seperti semula. Dia tidak berubah, hanya saja saat ini ia tengah bergelut dengan hati dan logikanya.
Harusnya saat ini dia bersorak gembira atas kemenangan keluarganya yang bisa membalaskan dendam pada keluarga musuh dengan mudah karena putrinya ada di tangan keluarga Relegan. Harusnya dia mengikat Lili dan meminta keluarga Ralendra untuk mengakui kekalahannya layaknya film-film action yang sering ditayangkan di bioskop.
Namun, itu bukanlah sikap lelaki sejati yang hanya menjadikan wanita untuk tamengnya. Sikap keluarga Relegan dikenal dengan kebijaksanaannya dan wibawanya, mana mungkin keluarga ini menjadikan putri keluarga Ralendra sebagai senjatanya.
Lili datang seperti biasa untuk menghabiskan waktu bersama suaminya dan Mario terus tidak memperdulikan wanita ini walau dalam hatinya tidak menginginkan seperti itu.
"Mas, mau kubawakan biskuit? Atau kopi hangat? Saat ini cuacanya dingin. Aku rasa itu baik untuk menghangatkan tubuhmu." tanya Lili mencoba memecah keheningan diantara mereka.
"Tidak perlu." balas Mario dengan singkat.
Lili tersenyum pahit, sebenarnya ada apa dengan suaminya ini, secepat kilat hatinya berubah seperti musim panas sedangkan saat ini sedang musim hujan.
"Apa ada sesuatu yang terjadi padamu, Mas? Katakanlah, mungkin aku bisa membantumu mencari solusi atau-" belum selesai Lili berbicara, lelaki itu dengan cepat memotong perkataan Lili.
"Masalah utama yang terjadi pada diriku disebabkan oleh dirimu."
Berhasil. Dengan cepat ucapan lelaki itu membuat dada Lili terasa sesak, seperti ditusuk ribuan jarum. Biasanya mereka selalu dekat dan di saat seperti ini biasanya Mario meraih tubuh wanita itu dalam pelukannya dan mengecup dengan lembut keningnya Lili atau yang sering dilakukan Lili adalah membelai lembut pucuk kepala Lili. namun saat ini seolah Mario yang membuat jarak di antara mereka.
Mario bangkit dari duduknya dan ingin berlalu dari hadapan Lili namun wanita itu berusaha mencegah suaminya yang ingin menghindar.
"Mas." panggil Lili sehingga Mario menghentikan langkahnya. Lili memeluk Mario dengan erat dari belakang dan Mario menikmati pelukan istrinya namun bagaimana jika semuanya menghilang dalam kedipan? Bagaimana Haruman tahu? Pasti ini akan memisahkan Mario dan Lili.
"Mas, aku minta maaf kalau aku ada salah sama kamu. Aku nggak mau ada jarak diantara kita, aku merasa akhir-akhir ini, Mas, selalu menghindar."
Aku tidak ingin ada ego diantara kita, sebab itu aku mengalahkan egoku di dirimu.
"Bukan urusan kamu." bentak Mario sembari melepaskan secara paksa pelukan Lili.
Apa ini? Seolah takdir mempermainkan Lili melalui kisah cintanya. Bagaimana jika Mario kembali menjalin hubungan dengan mantan tunangannya itu? Apakah itu yang menjadi alasan utama atas retaknya keharmonisan keluarga ini?
Lili termenung atas apa yang dikatakan oleh Mario. Miris, mungkin kisah mereka seperti novel-novel kebanyakan yang awalnya benci jadi cinta atau sebaliknya, cinta jadi benci. Bahkan tidak ada happy ending dalam kisah mereka.
***
Seminggu berlalu, Randi dan Lalea datang ke Mansion Relegan untuk berpamitan sebelum nantinya ia akan meninggalkan kota tempatnya lahir. Di dalam lubuk hati Ruby sebenarnya berat melepaskan putri yang sangat ia sayangi itu namun tidak ada pilihan lain selain ini yang menjadi jalan terbaik untuk kebahagiaan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI
Romansa[Based on True Story] Haliaca Putri Pranata--Wanita muda dan lugu itu selalu berpikir, apakah ia pernah melakukan kesalahan sehingga takdir menempatkan dirinya pada lelaki yang tak tahu cara menghargai wanita? Ia masih teringat perkataan Mario setel...