Bab 23

11 3 0
                                    

STOP! Klik bintang di kiri bawah sebelum baca chapter ini!

Terima kasih :)

Malam itu, suasana Jakarta begitu tenang ketika Nayla dan keluarganya tiba setelah perjalanan panjang. Begitu sampai di rumah, Mama Ana memberikan tugas kepada Nayla dan Bang Al untuk memberikan oleh-oleh ke Mama Tantri, sahabat Mama Ana sejak masa SMA.

Nayla berdiri di depan rumah Mama Tantri dengan perasaan penasaran yang menggelitik. "Bang, ini beneran rumah Mama Tantri?" tanyanya, merasa ada yang sedikit aneh di sana.

Bang Al mengangguk, "Iya, bener ini rumahnya. Kenapa, emangnya?"

Nayla mengernyitkan keningnya, "Bukannya ini rumahnya si... iblis, maksudku rumahnya Dikha, ya, Bang?"

Bang Al tertawa, "Lu lupa, ya? Anak Mama Tantri itu kan Dikha."

Nayla terkejut, "Masa sih? Bukannya anaknya Mama Tantri itu Kak Keenan sama Putra ya?"

"Kalo gak percaya, tanya sono ke Mama Tantri."

Tak berapa lama kemudian, pintu pagar rumah Mama Tantri terbuka lebar dengan Dikha sendiri yang membukakannya. Dengan senyuman ramah, Dikha menyapa Bang Al dan mengundang mereka untuk masuk. Namun, wajah Dikha berubah menjadi serius, hampir jutek, ketika melihat Nayla. Tanpa banyak kata, Nayla mengikuti Bang Al memasuki rumah Mama Tantri, sementara Dikha dengan cepat menutup pintu pagar dan segera menghilang di dalam kamarnya. Suasana rumah yang awalnya ramah dan ceria kini berubah menjadi misterius, meninggalkan Nayla dengan pertanyaan yang belum terjawab.

"Eh, lu Al, kapan sampenya?" Bang Al langsung disambut oleh Keenan yang sedang duduk santai di ruang tamu.

"Tadi jam 7. Mama Tantri ada gak? Gue mau kasih oleh-oleh nih," tanya Bang Al.

"Ada di kamar tuh. Bentar, gue panggilin dulu."

"Kalo lagi tidur, mending jangan deh, Nan."

"Enggak kok, paling lagi ngedrakor. Udah, kalian duduk dulu gih." Keenan pergi ke kamar Mama Tantri untuk memberitahu bahwa Alvero dan Nayla datang.

Dengan baju daster yang terlihat serupa dengan seragam kedinasan, Mama Tantri melangkah keluar dari kamarnya, diikuti oleh Keenan yang bergegas menuju kamarnya sendiri untuk melanjutkan sesi nonton filmnya. Sorot mata Mama Tantri terpancar kebahagiaan ketika bertemu dengan Nayla, yang tak saling berjumpa sejak pindah ke Vancouver beberapa waktu lalu. Momen pertemuan kembali antara Mama Tantri dan Nayla dipenuhi rasa senang dan kehangatan setelah sekian lama berpisah.

"Ini Lala? Lala anak si Ana, kan?" tanya Mama Tantri dengan senyuman hangat, penuh kebahagiaan.

"Hehehe, iya, ini aku, Tante," ucap Nayla dengan malu-malu.

"Udah gede ya kamu, cantik pula. Sebentar, Mama Tantri panggilin Dikha, pasti Dikha kangen sama Lala. Sebentar ya..."

"...Dikha!! Ke sini, Nak, ada Lala nih!" teriak Mama Tantri.

"Dikha? Bukannya anak Tante itu Kak Keenan sama Putra ya?" tanya Nayla bingung.

"Iya, Putra itu gue. Putra Dikha Anfasa, itu nama lengkap gue kalau lu lupa," sahut Dikha sambil menuruni anak tangga untuk menghampiri Mama Tantri.

"Hahaha, bener sekali, dia anak ku Putra, panggilanmu waktu masih kecil. Kamu lupa ya sama Putra," canda Mama Tantri melihat respon Nayla yang sedikit linglung.

Nayla memandang Dikha dari atas sampai bawah, mencoba mengingat Putra, kawan masa kecilnya. "Gak mungkin dia Putra, teman masa kecilku. Putra yang aku kenal itu gendut, pipinya bulat, dan enak buat dipeluk," ucap Nayla dengan ekspresi tidak percaya.

MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang