STOP! Klik bintang di kiri bawah sebelum baca chapter ini!
Terima kasih :)
Matahari telah menyapa bumi dengan sinar hangatnya, dan burung-burung bersahut-sahutan dalam nyanyian merdunya. Suara riuh rendah terdengar dari dalam tenda perempuan, menciptakan kegaduhan yang misterius.
"Woy Nay, Bangun!" teriak Sisca dengan keras, mencoba membangunkan Nayla.
Namun, Nayla hanya menutup telinganya dan memilih untuk melanjutkan tidurnya. Sisca mulai merasa geram karena usahanya tidak membuahkan hasil.
"Naylaa! Bangun ih!" Sisca melanjutkan teriakannya di telinga Nayla, mencoba dengan cara lebih ekstrim. Dan akhirnya, berhasil.
"Apaan sih! Ganggu orang tidur aja," keluh Nayla saat bangkit dan mengucek-ngucek matanya yang masih ingin kembali terpejam.
"Elu ngambil mie, telur, sama beras gue ya?" Sisca menuduh dengan wajah kesal.
"Kagak, ngapain gue ngambil punya lu."
"Coba liat tas lu. Siapa tau ada," desak Sisca.
Dengan kesal, Nayla yang masih setengah sadar mengambil tas gunungnya dan mengecek apakah bahan makanan milik Sisca berada di dalamnya.
"Mie, telur, sama berasku juga gak ada kak," sahut Wiwit, yang juga ikut mengecek dan mendapati bahwa bahan makanannya telah menghilang.
"Lah, tote bag gue yang isinya mie, telur, sama beras juga gak ada Sis," tambah Nayla, semakin yakin bahwa bahan makanan mereka lenyap entah ke mana.
"Siapa yang ngambil njir. Perasaan tuh tas masih ada dan isinya tadi malam," keluh Nayla.
"Semalem aku denger kresek-kresek gitu kak, tapi aku gak terlalu hirauin. Aku kira itu suara hewan yang ngumpet di semak-semak," jelas Wiwit dengan nada menyesal.
Nayla, Sisca, dan Wiwit merasa bingung melihat kekosongan di tempat penyimpanan bahan makanan mereka. Mereka masih jelas ingat bahwa semalam bahan makanan itu masih ada, namun sekarang lenyap tanpa jejak. Mereka mencoba memahami situasi ini, memastikan bahwa tidak mungkin hewan yang memakan bahan makanan itu, karena biasanya akan ada sisa atau sampah yang menjadi tanda. Tetapi, kali ini, tidak ada jejak apapun yang dapat mereka temukan.
Suara tegas Bang Obby memecah keheningan, memanggil semua anak pramuka untuk berkumpul di lapangan. Suara toa memotong pikiran mereka, "Ayo bangun semua! Dan berkumpul ke lapangan sekarang! Saya hitung sampe 3!.."
"Saatuu.." suara tegas Bang Obby langsung dijawab, dan dengan cepat, Nayla, Sisca, dan Wiwit keluar dari tenda mereka, bergegas menuju lapangan.
"Duuaaa.."
Sesampai di lapangan, Nayla bergabung dengan barisan kelompok yang sudah terdiri dari Dikha dan Ojan.
"Tii..Ga! Bagus semuanya udah kumpul," kata Bang Oby mengapresiasi kecepatan anak-anak pramuka.
"Semuanya istirahat ditempat.. Grak!" perintah Bang Oby, menyuruh anak-anak pramuka untuk istirahat di tempat masing-masing.
Nayla menyelinapkan bisik-bisik ke arah Dikha, "Psst! Dikha."
Dikha menoleh dan bertanya dengan suara bisik-bisik, "Kenapa?"
"Bahan makanan lu aman gak?"
Dikha terkejut dengan pertanyaan itu, merenung sejenak sebelum menjawab, "Enggak, Kalo lu?"
"Sama. Bahan makanan gue tiba-tiba hilang begitu aja."
Berarti senasib kita Nay, batin Dikha. Sedangkan Nayla menghembus napasnya yang berat, bingung dengan keputusasaan karena tidak tahu apa yang akan mereka makan selama dua hari ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅
FanfictionNayla Ayu Adara, si gadis dingin, super duper jutek dengan temannya terutama teman lelakinya, dan suka baca novel. Kemudian bertemu dengan Putra Dikha Anfasa, lelaki yang penasaran dengan perempuan bernama Nayla hingga membuat gadis itu kesal yang s...