Bab 2

56 4 0
                                    

Selamat Membaca semua!

Hope you like it :)

Meskipun Nayla bisa terbuka dengan Bang Al, namun, ia enggan mengawali percakapan dengan abangnya. Selalu Bang Al yang harus memulainya. Bang Al tak merasa heran dan memaklumi sifat introvert adiknya. "Gimana sekolah lu hari ini, dek?" Tepat seperti biasanya, abangnya yang memulai percakapan di antara mereka.

"Yaa gitu Bang. Nothing special. Tapi tadi ada anak baru di kelas gue."

"Oh ya? Siapa? Cowok atau cewek?" Bang Al sempat melirik sang adik walau sedang mengendarai mobil.

"Bang Al liat cowok yang tadi?"

"Liat. Yang putih tinggi kurus itu kan? Yang nemenin lu di halte tadi?"

"Iya, Bang. Dia anak baru yang adek bilang."

"Oh, itu orangnya. Abang kira pacar lu."

Nayla berdecak sebal dengan abangnya, "Ish, abang mah. Adek mana mungkin punya pacar. Males pacaran tau. Ribet!"

"Yaa, siapa tahu berubah pikiran dan pengen coba pacaran." Bang Al terkekeh setelah menggodai adiknya.

Bang Al menyudahi tertawanya, dan suasana seketika menjadi mencekam. Lelaki yang terpaut 2 tahun lebih tua dari adiknya itu memandang wajah Nayla yang berubah. Nayla menatap sinis ke arah abangnya, kemudian memalingkan wajahnya untuk memandangi jalanan yang terus berlalu.

Hembusan nafas berat terdengar dari lubang hidung lelaki yang biasa disapa Al. Keadaan semakin rumit, dan Nayla jelas sedang dalam suasana hati yang kurang baik. Bang Al mencoba menyambutnya dengan mencolek lengan adiknya, "Hey, jangan ngambek gitu dong. Abang cuma bercanda tadi." Namun, tak ada respons apapun dari sang adik.

"Maafin abang ya." Lagi-lagi, tidak ada tanggapan dari kursi penumpang di sebelahnya. Raut wajah Nayla masih terlihat muram, dan Bang Al berusaha mencari cara untuk meredakan ketegangan yang muncul.

Bang Al punya ide brilian untuk meredakan amarah sang adik, yaitu dengan mengajaknya makan makanan cepat saji kesukaannya. Lelaki itu membelokkan setir mobilnya menuju restoran cepat saji yang kebetulan berada di searah perjalanan mereka.

Senyum bahagia muncul di wajah Nayla begitu melihat arah mobil berubah ke restoran favoritnya. Ia menoleh ke samping dengan ekspresi senang, namun tiba-tiba mengubah senyumnya menjadi sebuah ekspresi horor yang membuat Bang Al bingung. "Kenapa senyum-senyum sendiri gitu?"

"Duh ya Tuhan.. Bang Al tau banget, kalau adik tercintanya ini lagi laper," ujar Nayla sambil tersenyum puas.

"Apaan dah. Orang abang yang laper. Kasihan nih perut abang belum keisi dari siang tadi," sindir Bang Al sambil menarik tuas rem mobilnya.

"Nyebelin banget punya abang kek lu," gerutu Nayla dengan ekspresi sebal, sambil melipat tangan di dadanya seperti seorang anak kecil yang tidak diberi mainan oleh ayahnya. Bang Al hanya tertawa mendengar celetukan dari adiknya.

"Ayo turun. Gak mau ikut makan?" ajak Bang Al.

"Gak. Gue di sini. Katanya bang Al laper. Sono makan yang banyak," jawab Nayla sambil melipat tangan di dadanya.

"Abang cuma bercanda kali. Dah sana lu pesen. Bebas. Lu mau pesen apa. Abang lagi mode dermawan nih," kata Bang Al, membuat Nayla semakin bersemangat karena akan mendapatkan makanan kesukaannya yang ditraktir oleh abangnya.

Nayla dan Bang Al melangkah masuk ke dalam resto cepat saji, di mana aroma harum makanan langsung mengisi seluruh ruangan. Aroma itu membangkitkan rasa lapar di perut Nayla, membuatnya tidak sabar untuk segera menikmati santapan. Resto cepat saji ini, sejak Nayla kecil, tidak berubah sedikit pun, seperti menu makanannya tidak berubah, tetap sama.

MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang