Bab 32

20 1 0
                                    

STOP! Klik bintang di kiri bawah sebelum baca chapter ini!

Terima kasih :)

Hari ini matahari memancarkan panas yang luar biasa. Belum lama berganti baju olahraga, Nayla sudah merasa berkeringat. Sejak tadi, dia hanya mengibas-ibas kertas agar sedikit terasa sejuk. Ali hanya tersenyum melihat pacarnya kegerahan, sambil memegang lehernya.

Ali tahu mengapa Nayla memegang lehernya, ya karena banyak bekas gigitan nyamuk. Bekas gigitan nyamuknya itu seperti bekas... Ya, kalian tahu sendiri lah, kalau dilihat pasti bikin orang salah paham. Lehernya seperti ini karena di kamar tamu banyak nyamuk. Herannya, hanya di leher aja yang digigit sedangkan tangan dan kaki tidak. Dasar nyamuk.

Makanan mereka sampai. Nayla menaruh kertas yang ia jadikan kipas di sampingnya lalu menyeruput es jeruk hingga habis setengah gelas sebelum menyantap bakso. "Makannya hati-hati atuh. Jadi ikutan kan rambut kamu makan bareng kamu," kata Ali sambil menghalau rambut panjang Nayla dari mangkuk bakso.

Nayla menyengir hingga matanya tak terlebih, "Hehehe abis kalo aku iket rambutnya malah jadi bahan gosip angkatan entar."

"Yaudah pelan-pelan aja makannya."

Dikha datang menubruk badan Ali ke samping membuat korban terhuyung. Tidak cuma itu, Dikha menyeruput es teh manis milik Ali dan menyuruh dirinya untuk membeli lagi. Untung saja penjual es lewat di hadapannya sehingga tidak perlu repot pergi ke stand minuman. Ali ingin marah tapi pak ketos pasti gak kalah garangnya. Jadi Ali cuma bersabar saja.

"Elu tuh yak dateng-dateng ngerusuh aja Dik. Apa susahnya sih tinggal beli minum sendiri," omel Nayla.

"Mager gue.. Nanti gue ganti elah," Nayla merotasikan matanya.

"Udah gapapa Nay. Kalem."

"Hari ini panas gilaa," eluh Dikha sambil menyisir rambutnya ke belakang dan mengelap keringatnya.

"Iya panas banget" Nayla setuju dengan Dikha kalau hari ini panas banget.

Nayla mengibas rambutnya hingga menampakkan leher putih kemerah-merahan. Dikha terpaku melihat leher Nayla yang merah-merah. Gak mungkin kan Ali melakukan hal itu? Wah, gak bisa dibiarin ini mah, pikirnya.

"Heh! Semalem lu apain sahabat gue njir!?" Dikha menepuk punggung Ali tidak santai sehingga membuat Ali tersendak kuah bakso. Ali terbatuk-batuk.

"Apaan sih, semalem gue gak apa-apain Nayla," elak Ali gak kalah ngegasnya.

"Kalo gak ngapa-ngapain, kenapa leher Lala merah-merah gitu, hah!?"

Nayla membola setelah mendengar perkataan Dikha yang terlalu kencang dan benar saja, mereka jadi pusat perhatian lagi. Nayla buru-buru menutupi lehernya dengan rambut panjangnya.

"Dik, bisa gak suara lu gak pake toa. Malu diliatin orang-orang, anjir," bisik Nayla.

"Oh, biasanya kalo orang pacaran terus berduaan di rumah ngapain, Dik?" jawab Ali dengan pertanyaan ambigu membuat Dikha naik pitam.

"Kurang ajar lu ye, Li. Berani-beraninya lu ngelakuin gitu ke Lala. Wah, bener-bener lu ye," Dikha ancang-ancang menonjok Ali, tapi ditahan sama Nayla.

"Dikha, stop! Elu salah paham. Terus kamu juga, Li, jangan mancing emosinya Dikha. Jelas-jelas Dikha gak bisa diajak bercanda," lerai Nayla.

"Terus, leher lu merah karena apa?" tanya Dikha tidak santai.

"Gara-gara nyamuk ini. Bukan karena itu, oke!?" Dikha lega mendengar penjelasan dari sahabatnya.

"Awas aja lu kalo lu macem-macem sama Lala. Hidup lu gak aman nanti sama gue," kata Dikha dengan tatapan mengintimidasi.

"Yaelah, Dik. Selaw. Gue akan macam-macam kalo udah jadi suaminya nanti," Dikha hanya mendecih merespon omongan Ali yang sedikit menjijikan.

MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang