Bab 4

33 4 0
                                    

Selamat Membaca Semua

Sebelum baca vote dulu yuk, Vote itu gratis kok tinggal diklik bintang dibawah :D

Hope you like it :)

Jam istirahat telah tiba, momen yang dinanti-nantikan oleh Ali setelah melewati sejumlah pelajaran. Saat keluar dari kelas, mata Ali tak sengaja bertemu dengan Nayla yang duduk di salah satu bangku panjang di koridor depan kelasnya. Sebagaimana rutinitasnya, Nayla selalu menghabiskan waktu istirahat dengan membaca novel sambil mendengarkan lagu melalui earphone-nya.

Kelas Ali bersebelahan dengan kelas Nayla. Ali berada di XI IPA 2, sedangkan Nayla di XI IPA 3. Tidaklah aneh jika setiap kali Ali keluar kelas saat istirahat, ia selalu melihat Nayla duduk di koridor depan kelasnya. Meskipun dari kejauhan Nayla terlihat sangat pendiam dan dingin, Ali mengetahui bahwa sikap dingin itu seakan menjadi benteng yang dibangun Nayla untuk menjaga jarak dengan siapapun yang ingin mendekatinya. Namun, Ali yakin bahwa di balik sisi dinginnya itu, Nayla adalah gadis yang ramah dan baik, terutama bagi mereka yang sudah mengenalnya lebih dalam.

Rindu terasa begitu nyata dalam diri Ali ketika melihat Nayla yang kini berbeda dari masa lalu. Ali merindukan Nayla yang dulu, yang selalu ramah, perhatian, dan mudah bergaul dengan teman-teman pramuka. Dahulu, Ali dan Nayla begitu dekat, mereka berbagi cerita tanpa ada batasan. Namun, entah mengapa, kini setiap kali berada di dekatnya, suasana menjadi canggung, seolah-olah mereka adalah dua orang yang baru bertemu.

"Hey, mau ke kantin gak?" ajakan Jauzan berhasil membuyarkan lamunan Ali.

"I-iya, gue mau. Tapi gue akan ke Nayla dulu, mau kasih ini," ucap Ali.

"Oh, yaudah buruan, jangan lama-lama. Gue udah laper nih. Kalo gitu, gue tunggu lu di kantin aja ya bro. Para cacing gue udah gak sabar untuk diisi," celetuk Jauzan.

"Gih sana duluan. Hahaha, dasar Ojan," Ali terkekeh menyikapi kelakuan Jauzan yang selalu antusias jika berbicara soal makanan, meninggalkannya begitu saja.

Saat Ali melangkahkan kakinya menuju ke arah Nayla, tiba-tiba Dikha menyamper Nayla. Lagi-lagi, pemuda itu tampak ragu memberikan kotak yang dibawanya kepada Nayla. Rasa sebal tergambar jelas di wajahnya. Akhirnya, Ali memutuskan untuk mengikuti Ojan yang belum jauh meninggalkan kelas.

"Jaan, tungguin gue!" teriak Ali agar Ojan menghentikan langkahnya. Ojan yang dipanggil akhirnya berhenti dan menoleh.

"Iyee, udah dikasih ke Nayla?" tanya Jauzan.

"Belum, Nanti aja pas pulang gue kasih ke dia"

"Belum. Nanti aja pas pulang gue kasih ke dia," jawab Ali.

"Jiah, gak usah malu-malu kali. Tinggal kasih aja, terus lu pergi, udah kelar. Ini udah setahun lho, bet bantara punya Nayla ada di lu," goda Jauzan.

"Iya-iya, nanti gampang," jawab Ali dengan nada enteng, meskipun dalam hatinya masih terbersit rasa gugup.

Ali dan Jauzan duduk di meja setelah memesan makanan. Pemuda itu terus menatap bungkusan kecil yang dihiasi pita pink sambil terdiam. Ali menyadari bahwa bungkusan ini seharusnya sudah berada di tangan Nayla. Bet Bantara milik Nayla ketinggalan di ruang sekretariat pramuka setelah ia mengganti baju menjadi yang lebih santai, persis sebelum pergi dengan orang tuanya, dan tidak menggunakan seragam sekolah.

"Ini pesanan mu A', bakso dan jus alpukatna" cap Mang Ujang, penjual bakso di kantin sekolah, yang berhasil membuyarkan lamunan Ali.

"Oke terima kasih mang" jawab Ali sambil tersenyum pada penjual bakso tersebut.

MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang