Eits sebelum baca chapter ini, sudah kah kalian ngevote chapter sebelumnya?
Kalo belum monggo divote dulu yaa, terima kasih :)
Sudah dua minggu berlalu sejak Dikha memasuki semester kedua di sekolah barunya. Tidak terlihat perubahan yang signifikan pada dirinya, mungkin karena ia akan semakin sibuk dengan tugas dan tanggung jawabnya di OSIS.
Liburan selama dua minggu lebih menjadi kesempatan bagi Dikha untuk melepaskan penat dari buku-buku pelajaran. Meskipun jarang masuk kelas karena kesibukannya di OSIS, liburan tersebut memberinya waktu untuk bersantai sebelum menghadapi ujian. Meski pada akhirnya, ia harus berjuang mengejar pelajaran yang tertinggal, tetapi beruntung ada Nayla yang bersedia membantunya, meski terkadang harus dipaksa terlebih dahulu.
Selama liburan, pemuda yang memiliki nama belakang Anfasa itu menghabiskan waktunya di Bandung. Ia bertemu kembali dengan teman-teman sekolah lamanya, yang memberikan tanggapan bahwa Dikha telah berubah menjadi anak gaul sejak pindah sekolah ke ibukota. Namun, menurut Dikha sendiri, tidak ada perubahan signifikan yang terjadi pada dirinya.
Dikha merasa bingung dengan dinamika hubungan antara Nayla dan Ali. Yang pertama, hubungan Nayla dan Ali terus membaik dan semakin dekat, sementara hubungannya dengan Dikha stagnan dan waktu bermain mereka semakin berkurang. Dikha awalnya berpikir bahwa insiden sebelumnya akan membuat Nayla menjauh dan membencinya, namun ternyata tidak. Yang kedua, Dikha penasaran dengan pacar Ali. Ia pernah melihat postingan Instagram Ali yang menunjukkan tangan mereka bergandengan, dan bentuk tangan di postingan tersebut terasa akrab baginya, mirip dengan tangan Nayla. Yang ketiga, setiap kali Ali memperlakukan Nayla dengan manis, Nayla selalu menolak, dan tatapan matanya memberikan peringatan agar Ali bertingkah biasa saja. Dan yang terakhir, Nayla pernah membuat Instagram story tentang punggung seorang cowok dengan caption mesra, membuat Dikha menduga bahwa Nayla sudah memiliki pacar, tapi siapa?
Entah mungkin Nayla adalah pacar Ali? Tidak mungkin. Mungkin Nayla memberikan tatapan peringatan itu agar pacarnya Ali tidak melihat kedekatan mereka. Mungkin juga punggung cowok itu milik Kak Al. Ah, sudahlah, Dikha memutuskan untuk melupakan semua pikiran yang tidak memberikan manfaat.
Dikha kemudian mulai membereskan buku dan alat tulisnya, menyimpannya di dalam kolong meja. Raut mukanya berubah menjadi masam ketika melihat Ali menyamperi Nayla untuk beristirahat bersama. Lagi-lagi, Dikha merasa kalah oleh Ali, dan ia bertanya-tanya kapan ia akan mendapatkan kesempatan untuk beristirahat bersama Nayla.
Theo, yang peka terhadap perubahan raut muka temannya, berbisik, "Yah, kalah cepat lu, Dik. Jadi keduluan sama si Ali tuh."
"Seharusnya tadi lu langsung ajak Nayla, rapih-rapih mah belakangan," tambah Theo.
Dikha merasa Theo mendekatinya untuk menenangkan emosinya, tetapi malah membuatnya semakin emosi. "Diam lu, yo, belum waktunya. Kita liat aja cara main dia seperti apa," ucap Dikha dengan dingin.
"Weh, gue suka gaya lu, bro."
Akhirnya, Dikha istirahat ke kantin ditemani oleh Oyon alias Theo. Seperti biasa, Dikha memesan Mie Goreng mas Jarwo tanpa timun dan es jeruk. Pemuda itu menikmati makan siangnya sambil melihat pemandangan yang membuatnya cemburu dan iri. Dikha sangat penasaran, siapa pacar Ali sebenarnya? Akhirnya, Dikha berinisiatif bertanya kepada Oyon, mungkin dia tahu pacarnya Ali itu siapa.
"Yo," panggilnya, dan disahut dengan deheman oleh Theo.
"Lu tau gak pacarnya Ali itu siapa?"
"Katanya sih ceweknya anak sini," ucap Theo, lalu melanjutkan menyuapi makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅
FanfictionNayla Ayu Adara, si gadis dingin, super duper jutek dengan temannya terutama teman lelakinya, dan suka baca novel. Kemudian bertemu dengan Putra Dikha Anfasa, lelaki yang penasaran dengan perempuan bernama Nayla hingga membuat gadis itu kesal yang s...