Bab 3

36 4 1
                                    

Selamat Membaca Semua

Hope you like it :)

Hari sudah berganti. Salah satu makhluk bumi bernama Putra Dikha Anfasa masih setia berada di balik selimutnya. Sengaja, setelah subuh, dirinya memilih tidur kembali karena hari ini sekolahnya dimulai pukul 10. Mama Tantri menggeleng-gelengkan kepala melihat anaknya yang masih terlelap dengan pulasnya. Apakah ia lupa akan janjinya dengan temannya hari ini? Tanpa ragu, sang Mama segera membangunkan anaknya.

"Nak, ayo bangun. Ini sudah pagi. Katanya hari ini kamu ada ekskul," ucap Mama Tantri saat membangunkan anak bungsunya. Mama Tantri menyibakkan gorden jendela kamar anaknya agar sinar matahari bisa masuk ke dalam kamar Dikha.

Dengan tidak sopannya, sinar matahari langsung menyapa mata pemuda itu. Ia pun langsung beringsut menghindari sinar matahari dan menjawab, "Hm, iya ma, 5 menit lagi aku bangun."

"Dek, kamu udah disamperin tuh sama temen lu," seru Kakak Keenan.

"Hah? Demi apa, kak?" sontak Dikha kaget dan bangun dari kasurnya.

"Seriusan, dek, ngapain gue bohong sama lu. Kalo gak percaya, lihat ke bawah sana," jawab kak Keenan dengan kesal.

Dengan kecepatan kilat, Dikha turun ke bawah, dan benar omongan kakaknya bahwa si Theo sudah menyamper ke rumahnya. Dikha mengomel ke kawannya karena baginya terlalu cepat datangnya. Melihat makanan sudah disiapkan untuk disantap, Mama Tantri mengajak Dikha dan kawannya sarapan bersama. Theo menjadi tak enak hati diajak sarapan oleh keluarga Dikha.

Setelah sarapan, Dikha menuju kamarnya untuk bersiap ekskul. Tak butuh waktu lama, hanya 15 menit untuk mandi, ganti baju seragam pramuka, memasukkan barang ke tas kecilnya, dan siap untuk berangkat. Ya, mulai sekarang Dikha mengikuti ekskul pramuka. Alasannya, Dikha memilih ekskul ini karena ia tertarik dengan kegiatan pramuka setelah melihat demo ekskul pramuka tempo lalu.

Memakai parfum di badannya merupakan sentuhan terakhir sebelum berangkat. Pria bernama belakang Anfasa itu mengayunkan kakinya untuk turun ke bawah. Ia melihat kawannya mengobrol santai dengan Papanya. Tidak biasanya ia melihat Papanya berinteraksi dengan temannya. Dikha menghampiri Papanya kemudian menyambar tangan tersebut untuk menyalaminya, "Pa, aku berangkat dulu ya." Papa Dalvin hanya membalas deheman saja sebagai jawabannya. Ia pun melakukan hal yang sama lagi ke Mama tercintanya.

"Iya nak, hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut-ngebut," ucap Mama Tantri.

"Oh ya, kamu pulang jam berapa nak?" Papa Dalvin bertanya.

"Aku hari ini pulang jam 3 sore, Pa, tapi nanti jam 7 malam aku mau nongkrong sama temen-temen, boleh?" kata Dikha, menyelipkan kalimat izin ke Papanya.

"Ya sudah, kamu mending bawa kunci rumah, soalnya Mama mau menemani Papa mu jalan-jalan, sedangkan kakak mu pergi dan gak tau kapan pulangnya. Oh iya, pulangnya jangan kemaleman ya nak," Mama Tantri bertitah.

"Oke, siap Ma."

"Eh, tunggu bentar, Dik," Papa Dalvin memanggilnya seraya merogoh sesuatu di saku celananya.

"Ini buat kamu, uang buat makan siang sama buat makan malam. Cukup kan?" Papa Dalvin memberikan dua lembar uang kertas berwarna merah ke anak bungsunya. Dikha bergeming. Ia tak menyangka kalau diberi uang sebanyak itu, "Cukup pa, lebih dari cukup ini mah. Terima kasih banyak pa. Aku berangkat dulu."

Akhirnya, Dikha berangkat ke sekolah bersama Theo dengan motor masing-masing. Rentang waktu dari rumah Dikha ke sekolahnya sekitar 20 menit. Wajar saja ia harus melewati jalanan raya yang dipadati oleh kendaraan besar. Namun, ia menempuhnya dalam 10 menit saja karena mengikuti arah jalan Theo dari belakang. Ia merasa ini adalah jalan pintas menuju ke sekolahnya tanpa harus melewati lampu merah berkali-kali. Sungguh sangat membantunya nanti kala ia telat sekolah atau malas bermacet ria nanti.

MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang