STOP! Klik bintang di kiri bawah sebelum baca chapter ini!
Terima kasih :)
Jam 2:30 pagi, semua penghuni tenda putri dan warga pengungsian masih terlelap dalam tidur yang nyenyak. Namun, keheningan itu terputus ketika Bang Oby dan Ocha memutuskan untuk membangunkan peserta pramuka yang akan dilantik menjadi penegak bantara.
Mereka berdua berjalan dengan hati-hati menuju tenda putri, menyinari wajah peserta dengan senter. Namun, sorotan cahaya itu hanya mengungkapkan bahwa masih banyak yang terlelap dalam mimpi indah.
"Ayo bangun, semuanya," ucap Bang Oby sambil menggoyangkan lembut tubuh peserta.
Dikha berhasil membangunkan Nayla, tetapi keheranannya muncul ketika menyadari bahwa yang memeluknya bukanlah temannya, Sisca, melainkan Nayla. Dikha mencoba membangunkan Nayla, tetapi suhu tubuhnya tinggi.
"Nay, bangun yuk," ucap Dikha seraya menepuk lembut pipi Nayla.
Namun, setelah memeriksa suhu tubuh Nayla, Dikha menyadari bahwa sesuatu tidak beres. Nayla sudah merasa tidak enak badan sejak semalam.
"Lu gak usah ikut mendaki ya?" tawar Dikha.
"Gak mau. Gue harus ikut mendaki. Sia-sia doong gue ke sini kalo tujuan gue gak mendaki," jawab Nayla dengan tekad.
Dikha memberikan paracetamol dan roti kepada Nayla, memastikan agar temannya bisa tetap ikut mendaki. Namun, Dikha segera melapor kepada Ocha tentang kondisi Nayla.
Ocha menanggapi laporan Dikha dengan bijaksana, memerintahkan untuk berhenti jika keadaan Nayla semakin memburuk. Dengan hati-hati, Dikha memberitahu kelompoknya tentang kondisi Nayla.
"Jika kalian merasa tidak enak badan atau lelah, beri tahu aku. Khususnya untukmu, Nay. Jangan memaksakan diri," pesan Dikha.
Semangat dan kesatuan terpancar dari kelompok tersebut saat Bang Oby memberikan arahan. Namun, Nayla terlihat mencoba menyembunyikan ketidaknyamanannya.
"Gue udah enakan Dik. Tenang aja," ucap Nayla, berusaha meyakinkan.
Bang Oby menekankan pentingnya berbicara terbuka tentang kondisi kesehatan. Mereka kemudian berkumpul di lapangan untuk berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing sebelum memulai perjalanan mendaki ke puncak. Suasana sarat dengan semangat dan harapan menyertai mereka dalam perjalanan yang penuh tantangan ini.
Selama perjalanan menuju gerbang rimba, Dikha dengan penuh perhatian terus memonitor kondisi Nayla, memastikan bahwa sahabat kecilnya itu aman di belakangnya. Meskipun Dikha selalu menawarkan istirahat, Nayla tetap kukuh untuk melanjutkan perjalanan, menunjukkan tekad dan kekuatannya.
Tiba di gerbang rimba, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Dikha dengan cepat menyodorkan botol air mineral kepada Nayla, menunjukkan kepedulian seorang pemimpin yang memikirkan kesejahteraan anggotanya. Setelah itu, mereka berfoto di depan gerbang rimba sebagai tanda kenangan dan dokumentasi perjalanan mereka.
Dikha meminta Ocha untuk mengambil foto bersama kelompok sebelum melanjutkan pendakian. Dengan tangan yang ramah, Dikha merangkul Nayla. Semua anggota kelompok turut merangkul satu sama lain, wajah penuh senyum yang mencerminkan semangat dan kebersamaan. Dikha berterima kasih pada Ocha karena telah membuatnya setim dengan Nayla dan menyempurnakan momen yang akan selalu diingat.
Pendakian dilanjutkan oleh Bang Obby, namun Dikha tidak melupakan tugasnya sebagai pemimpin. Di jalur yang berbatu dan licin, Dikha memberi peringatan kepada anggotanya, terutama Nayla.
"Nay, Jan, Fi, hati-hati ya, batunya licin. Tetap di tengah, ikuti arah jalan kita. Takutnya, kanan-kiri kita jurang," ingatkan Dikha.
Mereka istirahat sejenak di pos bajuri setelah melewati trek landai. Dikha tetap memastikan keadaan Nayla, merasa lega ketika suhu badannya mulai turun, meskipun tetap waspada terhadap kemungkinan kondisi Nayla yang bisa berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅
FanfictionNayla Ayu Adara, si gadis dingin, super duper jutek dengan temannya terutama teman lelakinya, dan suka baca novel. Kemudian bertemu dengan Putra Dikha Anfasa, lelaki yang penasaran dengan perempuan bernama Nayla hingga membuat gadis itu kesal yang s...