Syukuran Kecil-kecilan

1.7K 236 14
                                    

Seperti biasa, setiap hari Selasa adalah jadwalnya Neptunus mengudara. Siaran radio yang dibenci kaum sejawat itu tidak peduli meski haters-nya sudah terlalu banyak dan justru semakin menjadi-jadi. Namun sebenarnya, ada juga peminat yang menanti radio milik Dipha itu terdengar dari speaker.

"Selamat siang pendengar, kembali lagi dengan Rhesya Dipha Neptunus yang pastinya kalau nggak julid rasanya kurang asik!"

Jarrel, Rainer, Zacky dan Hannan duduk di kantin sembari menyantap makan siang. Sedang salah satu personilnya entah di mana. Tadi saat melewati kelas Cedric, laki-laki itu tidak terlihat. Jadi mereka hanya berempat saja.

"Hari ini kita kedatangan tamu spesial. Lo semua nggak akan menyangka kalau dia bakal mampir ke Neptunus," sambung laki-laki itu membuat beberapa pendengar jadi penasaran.

"Ayo, tuan, silahkan perkenalkan diri."

"Halo," sapanya singkat, padat dan jelas.

"Namanya siapa, Pak? Kenalan dong, biar rakyatnya bisa tau," sambung Dipha mulai menarik perhatian siswa dan siswi. Bahkan Lingga pun sampai mengerut heran. Ini tidak mungkin Bapak Sofyan Ghazanvar, kan? Mustahil sekali orang penting seperti beliau ada di acara radio tak bermartabat seperti Neptunus.

"Emang orang-orang nggak kenal suara gue?" balasnya malah agak ngegas.

"Iyaa, bener sih. Tapi untuk formalitas aja. Siapa tau ada yang nggak bisa nebak."

"Nggak usah, mereka juga udah pasti kenal suara gue." Bukan. Jelas ini bukan bapak Sofyan Ghazanvar. Masa beliau ketus dan judes seperti ini sih? Biasanya, yang begini tuh,

Anaknya.

"Oke. Cedric, apakah gerangan yang membuat kamu mampir ke studio radio saya ini?" ujar Dipha sengaja mengatakan nama Cedric dengan keras. Agar seluruh sekolah tahu.

"Ya, gue nggak lama sih di sini. Gue cuma mau bilang sesuatu aja," jawabnya membuat antena ke-julid-an Dipha berdiri.

"Apakah gerangan, wahai tuan muda Cedric Ghazanvar?"

"Hari ini makanan di kantin gratis. Apapun menunya, kalian boleh makan sepuasnya. Itu aja dari gue." Setelah mengatakan itu, Cedric bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Dipha yang bertanya-tanya. Dia belum dapat jawaban dan penjelasan apapun. Ditambah lagi, ini adalah percakapan paling jelek yang pernah ia siarkan. Bukankah harusnya mereka briefing dulu? Atau minimal, pamit sebelum pergi lah!

"Cedric! Woi, gitu aja nih? Jelasin dulu ada apa anj-" seru Dipha heboh sendiri sampai lupa mematikan mic-nya.

"Eem...ya! Haha tada! Itu adalah alasan tuan muda Cedric hadir di sini! Dia mau mengadakan syukuran kecil-kecilan. Walaupun gue juga nggak tau tujuannya apa. Jadi buat kalian semua, ayo serbu ke kantin sekarang juga! Makan yang banyak karena yang bayar adalah tuan muda! Sekian untuk hari ini, salam dari Neptunus!" Kacau. Karena Cedric yang berlaku seenaknya, ia jadi bingung harus menutupi bagian yang rumpang dengan cara apa. Akhirnya meski belum usai waktu siaran, Dipha tidak sengaja menyudahi siaran radionya yang baru berjalan lima belas menit. Cedric benar-benar mengacaukan acaranya.

Di kantin, gadis-gadis belia itu sedang makan siang dengan formasi lengkap lima member. Mendengar pernyataan Cedric di radio Dipha tadi, tentu saja membuat mereka senang tapi juga bingung. Jarang-jarang Cedric seperti itu. Tapi ya sudah, toh yang untung mereka. Kalau bisa setiap hari sih, supaya makan gratis terus.

"Cedric ngerayain apa? Kok syukuran kecil-kecilan?" celetuk Lingga menatap keempat sahabatnya.

"Tau! Emang tuan muda sekelas Cedric tuh kalau buat syukuran mau yang kecil-kecilan?" balas Kalea juga ikut bingung.

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang