"Ayang!!" Seruan dari depan pintu membuat semua kepala yang ada di kelas menoleh. Di sana berdiri Hannan dengan ember putih di pelukannya. Itu es krim lima liter. Memang gila pemuda Sunda satu ini. Entah bagaimana caranya dia mendapatkan es krim sebanyak itu, dan bagaimana pula dia membawanya ke sekolah?
Pemuda itu masuk dan duduk di meja Summer. Sedang di belakangnya menyusul Rainer dengan scoop dan cup es krim.
"Dih, mau dagang lo, Rain?" celetuk Kalea melihat Rainer.
"Tau nih Hannan, gue mah cuma nemenin," balas pemuda itu tanpa menoleh. Wajahnya juga sedikit masam karena sejujurnya ia malas menuruti perintah laki-laki ini.
"Lo kenapa mau-mau aja sih disuruh Kak Hannan?"
"Lo aja boleh nyuruh-nyuruh Rainer, gue nggak boleh gitu?!!" sambar Hannan setelah menyerahkan satu cup es krim kepada kekasihnya.
"Yang boleh nyuruh Rainer itu cuma gue! Lo tuh nggak ada hak, Kak! Udah jadian nggak ngasih PJ! Sekarang seenak jidat nyuruh-nyuruh anak gue!" Kalea menarik Rainer kemudian memeluk lengannya erat. Wajahnya juga dibuat iba seperti kasihan pada sahabatnya yang selalu ditempeli spesies macam Hannan.
"Nih PJ! Makan dah tuh sampe kembung!" Balas Hannan memukul es krim lima liter yang sudah ia tutup rapat.
"Nah, gini dong!! Dari kemarin kek!" Seru Celin kemudian memindahkan ember es krim itu ke mejanya. Disusul Kalea yang juga mengambil cup dan sendok kayu kecil pemberian Rainer.
Hannan mendesis. Bisa langsung berubah gitu sifatnya. Tadi aja marah-marah nggak jelas. Sudah dapat es krim langsung kesenangan.
"Ayang, kok kamu betah sih temenan sama mereka?" tanya Hannan dengan bibirnya yang manyun. Kasihan dia dengan gadisnya yang selalu ketempelan Celin-Kalea.
"Nggak tahu, gue aja bingung kenapa gue mau pacaran sama lo!"
Kalea, Celin serta Rainer menikmati 'pajak jadian' dari Hannan. Memang sejak diumumkan bahwa Hannan dan Sumner berkencan, belum ada diberi pajak dari dua manusia yang sudah menjalin hubungan lima hari lamanya ini. Jadi es krim lima liter yang tadinya ia persembahkan untuk kekasih hati tercinta, dibajak oleh tiga manusia kurang belaian itu.
"Tumben Cedric nggak masuk," celetuk Summer sembari menyendok es krimnya
Bersamaan dengan Kalea yang menoleh ke arah meja yang ditempati oleh orang yang jadi topik pembicaraan. "Iya, sakit kali."
Celin ikut menoleh. Apa ini karena kemarin pemuda itu menyatakan perasaannya, ya? Makanya dia sengaja meliburkan diri dengan maksud hati menghindari Celin. Karena yang ia tahu, hari ini adalah jadwal ekskul basket. Cedric sebagai anggota paling andal dalam per-basket-an tidak pernah untuk membolos ekskul sekali pun. Dia terlalu teladan untuk ukuran manusia yang hanya menjadikan basket sebagai hobi.
"Mana ada dia sakit!" Celetuk Hannan tiba-tiba. Semua kepala menoleh padanya.
"Terus dia ke mana?" tanya Kalea ingin tahu. Sedang Celin sejak tadi hanya diam saja. Ia memang terlihat tidak peduli, tapi sejujurnya ia sangat-sangat ingin tahu apa yang terjadi dengan musuh bebuyutannya itu.
"Dia sengaja bolos," timpal Rainer.
"Kenapa?" lagi, Kalea bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabastala ke Tujuh
FanfictionTerinsipirasi dari "Private school check!" Ini kisah dua belas remaja dalam perjalanan asmara masa muda, yang entah bisa selamanya atau hanya sementara saja. Jangan lupa tinggalkan jejak teman :) ©sshyena, 2020