Lari Bukan Solusi

1.5K 192 26
                                    

Jeritan jangkrik terdengar di antara semak belukar yang mengelilingi mereka. Untuk kesekian kali, Zacky kembali kabur dari rumah karena Papinya keluar kota. Tadinya, ia ingin menginap lagi di rumah Cedric atau Hannan, tapi Winata-kakak sepupunya-mengajaknya untuk mendaki bersama dua temannya Malik dan Juki. Karena sejatinya Zacky ini senang traveling dan bertualang, jadi ia memutuskan untuk menyetujui ajakan kakak sepupunya itu.

Keempat bujangan ini sudah selesai makan malam. Dua di antaranya sudah masuk ke dalam tenda untuk istirahat, dua sisanya masih di luar sembari menatap pemandangan langit yang dihiasi bintang. Bulan sedang tidak hadir, ada pertemuan di kota lain katanya.

"Seret banget koneksi!" celetuk Zacky setelah mengutak-atik ponselnya. Ia ingin sleep call dengan Lia. Namun apa daya, namanya juga lagi di hutan rimba.

"Sadar diri, kita lagi di mana," balas Winata menertawai Zacky yang masih sibuk mengangkat angkat ponselnya demi mencari segaris koneksi.

"Mau sleep call-an padahal," sambung Zacky pasrah kemudian menyimpan kembali ponselnya.

Sepupu Zacky itu terkekeh saja. Masih merasakan indahnya kisah asmara, belum saja dia sampe di usia Winata. Yang mana, asmara cuma angan belaka. Nggak ada jaminan berakhir bahagia seperti dongeng Cinderella. Anjay.

"Na," panggil Winata setelah sepupunya itu menyimpan ponsel.

Zacky menoleh pada Winata, memberi atensi penuh kepada Kakak sepupunya.

"Lo ikut gue karna kabur lagi, 'kan?" tanya Winata tepat sasaran. Seketika itu pula, Zacky membuang pandangannya. Ya, apalagi alasan dia rela naik gunung dan bolos sekolah besok pagi kalau bukan karena menghindari Mamanya sendiri.

"Mau sampai kapan, Na?" tanya Winata lagi.

Zacky menghela napas, memainkan batu-batu kecil yang ada di sekitar kakinya. Enggan menjawab bahkan menoleh.

"Menurut lo, Bunda bakal kecewa nggak kalau liat anaknya bersikap egois kayak gini?" sambung Winata masih terus mengajak Zacky bicara.

"Pasti," jawab laki-laki itu akhirnya.

"Bunda pasti kecewa banget liat gue gini. Tapi gimana, gue nggak mau orang lain. Gue maunya Bunda," sambung Zacky bahkan tanpa menatap lawan bicaranya. Pemuda itu terus membuang muka seakan sedang menyembunyikan kesedihannya.

"Jadi lo bakal terus ngecewain Bunda lo?" timpal Winata yang langsung membuat Zacky terdiam.

Perlahan, kepalanya bergerak menoleh pada Winata. Kelopak matanya tergenang air. Winata tau ia salah memancing topik ini pada Zacky. Tapi ia juga tak mau sepupunya berperilaku seperti ini terus.

"Jangan pikirin mau lo terus, Na. Harusnya lo bisa lebih baik dari Bila. Dia terima Bunda ninggalin dia selamanya, dia terima Bundanya harus diganti sama Tante Denara. Harusnya lo juga bisa kaya adek lo. Kehidupan lo nggak boleh berhenti di masa lalu, Na. Lo harus terus jalan. Jangan mau ketinggalan."

Pasukan pendaki dadakan itu sudah bejalan turun sejak tadi, dan mereka kini sudah hampir sampai di bawah. Diiringi dengan candaan dari Malik, perjalanan turun jadi terasa lebih cepat dari pada saat mereka mendaki. Atau memang sudah hakikatnya seperti itu?

Ting! Ting! Ting! Ting! Ting! Ting!
Bunyi notifikasi dari ponsel Zacky membuat tiga kepala yang ada di sana kompak menoleh.

"Tuh, udah ada jaringannya, sleep call-an dah lu sampe puas," celetuk Winata yang dihadiahi kekehan oleh Malik dan Juki.

Zacky langsung membuka ponselnya untuk melihat apa saja yang ia lewatkan selama tidak punya koneksi internet. Ada 15 panggilan tak terjawab dari Kakak laki-laki Lingga, ada masing-masing setidaknya empat panggilan tak terjawab dari Gemmi,. Lalu ada pesan singkat dari kakak laki-laki Lingga.

Ia pesan itu agar semua pertanyaan dalam kepalanya terjawab semua.

"Zacky, Lingga sakit. Sekarang lagi di perjalanan ke rumah sakit. Nanti Kak Bi shareloc."

Mendengar itu, Jaemin langsung berlari turun. Sementara tiga sisanya bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi?

Dengan tergesa-gesa, Zacky berlari menuju kamar rawat inap Lingga setelah bertanya dengan perawat. Ia diam di depan pintu cokelat itu untuk menstabilkan napasnya. Setelah dirasa ia cukup tenang, Zacky pun masuk dengan tak lupa mengetuk pintu. Pemandangan Lingga sedang terbaring lemah membuat hati Zacky berdenyut nyeri. Bagaimana bisa terjadi seperti Ini?

"Dateng juga kamu, Ky," sambut Papi Lingga yang memilih meliburkan diri dari pekerjaannya untuk menemani si bungsu.

"Halo, Om," sapa laki-laki itu sembari mencium tangan beliau.

"Lingga kenapa, Om? Kok bisa begini?" sambung Zacky menatap kekasihnya iba.

"Kecapekan. Semalam tiba-tiba pingsan," jawab pria itu ikut menatap putrinya. Kaki Zacky melemah, ia bahkan tidak bisa membayangkan sakitnya Lingga saat ini.

"Dua jam setelah di rumah sakit, langsung sadar kok, Ky. Nggak usah khawatir," Ayah dua anak itu mengusap bahu Zacky untuk menenangkan.

"Om tinggal dulu, ya? Mau jemput tante di rumah. Titip Lingga," sambung beliau yang langsung diangguki oleh Zacky.

Sepeninggalnya papi Lingga, Zacky mendekat dan duduk di kursi yang ada di sebelah brankar. Ia genggam jemari Lingga yang bebas dari infus, sesekali ia ciumi untuk memberikan gadisnya kekuatan.

"Cepet sembuh," ujarnya sembari mengusap lembut kening si jelita.

Pergerakan dari gadis itu muncul. Matanya perlahan terbuka kemudian menatap kekasihnya yang khawatir setengah mati. Gadis itu tersenyum senang. Zacky sudah kembali dari petualangannya di hutan ternyata.

"Gimana naik gunungnya?" tanya Lingga kemudian.

"Itu nggak penting, Lingga. Kamu yang gimana? Kenapa bisa?" balas Zacky enggan menjawab.

"Bisalah, namanya manusia mana bisa sehat terus-terusan," balas gadis itu masih mempertahankan senyumnya meski Zacky sama sekali tak memperlihatkan raut senang.

"Makanya kamu tuh kalau dibilangin jangan sering begadang, ya jangan. Sekarang liat jadi gini."

"Udah, Na. Mau diapain lagi? Udah kejadian. Aku juga udah nggak apa-apa," Lingga melepas genggaman tangan Zacky kemudian bergerak merapikan rambut si lelaki yang sedikit berantakan. Bahkan baju serta celana sama lusuhnya seperti kain pel. Lingga duga, pemuda ini belum pulang untuk sekedar mandi atau membersihkan diri.

"Kamu tuh bikin jantungan tau nggak?!" sambung Jaemin masih dengan kerisauannya yang tak usai-usai.

"Iya tau, maaf Nana," timpal Lia tersenyum bak tak ada dosa. Gadis ini benar-benar sakit atau tidak, ya?

"Papi ke mana?" Lingga mengalihkan topik agar Zacky tak terlalu memikirkan dirinya.

"Pulang dulu, mau jemput Mami kamu, katanya," jawab Zacky.

Lingga mengangguk sebagai jawaban. Pemuda itu jadi merasa iba. Ia juga sedikit menyesal karena ikut pergi mendaki gunung bersama Winata semalam. Harusnya ia menginap saja di rumah Cedric, jadi sinyalnya tidak perlu hilang dan bisa langsung tau keadaan kekasihnya. Bodoh! Mau saja ia mengikuti ego hatinya.

Aku double up gess

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku double up gess. Swipe up yhhh😉

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang