Udah Nggak Seru

2.5K 330 47
                                    

Empat lelaki dari kelas 12 itu jalan beriringan menuju kantin. Di pertengahan jalan, mereka bertemu dengan Cedric yang baru saja keluar dari ruang guru. Ia pun memilih bergabung dengan kakak-kakak kelasnya. Bel istirahat pertama sudah berlangsung sejak lima menit lalu, itu sebabnya koridor ramai diisi oleh murid lain. Jalan mereka tampak satu tujuan, sama-sama menuju kantin. Karena memang hanya tempat itulah yang menyediakan makan siang.

Memasuki kantin kelimanya tidak langsung mengambil nampan. Justru mereka langsung duduk di meja kosong yang tidak pernah diisi oleh murid mana pun kecuali mereka. Seolah sudah tertulis hak kepemilikan di sana sebagai milik Cedric yang keempat sahabatnya. Kecuali Hannan yang langsung ambil tempat di meja empat gadis yang sedang menyantap makan siang. Rainer menatap adik kelasnya agak bingung. Tumben sekali siang ini tenang dan damai? Biasanya, bila bertemu saja Cedric dan Celin akan langsung terjadi perang dunia. Dan ajaibnya, hari ini tak ada yang memulai perkelahian. Baik Cedric maupun Celin.

"Tumben?" celetuk Rainer menatap sepasang musuh itu secara bergantian.

"Apa?" sadar telah diperhatikan, pemuda itu bertanya kebingungan.

"Aman, damai, sentosa, nggak ada perang dunia," balasnya yang diangguki oleh Jarrel serta Zacky.

"Malas, udah nggak seru," jawabnya kini bangkit untuk membeli minuman dingin.

"Aneh nggak sih?" timpal Rainer seperginya Cedric.

"Dia nggak demam, 'kan?" tanya Zacky menunjuk sahabatnya yang sudah ada di depan lemari pendingin.

"Uang jajannya kurang kali," imbuh Jarrel yang juga sama bingungnya.

Yang dibicarakan itu kembali dengan membawa empat kaleng minuman dingin. Ia membagikannya satu per satu pada sahabatnya karena tau pasti haus. Ketiganya menerima minuman itu dengan mata yang tak lepas dari Cedric. Sejak kemarin pun Rainer perhatikan, pemuda ini tampak lebih kalem dari biasanya. Pun tak terdengar teriakan melengking Celin yang bisa terdengar dari segala penjuru sekolah.

"Lo yakin nggak sakit?" tanya Zacky menempelkan punggung tangannya di kening Cedric.

"Apaan sih, Bang?" protes pemuda itu menghindar dari tangan sahabatnya yang sedikit basah karena kaleng yang dingin.

"Uang jajan lo cukup, 'kan?" timpal Jarrel mendekati wayah Cedric.

"Cukup, elah! Pada kenapa sih?!"

"LO YANG KENAPA?" potong ketiga abangnya serempak. Tentu saja itu membuat Cedric jadi sedikit merinding karena tidak biasanya orang-orang ini kompak.

"G-gue kenapa?" masih tak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Kenapa nggak berantem sama Celin???" tanya Rainer yang geram dengan kedunguan adik kelasnya ini.

"Emang nggak boleh?? Udah nggak seru, Bang! Nggak tau kenapa pokoknya udah nggak seru aja!" jelasnya membela diri. Tentu itu belum menjawab pertanyaan Jarrel, Rainer serta Zacky. Mereka merasa ada yang tak beres dengan Cedric.

"Lo naksir Celin?" tanya Zacky sedikit berbisik. Takut Dipha mendengar dan perbincangan mereka direkam untuk disiarkan pada acara mingguan radio sekolah.

"Gue? Naksir tu cewek?! NEVER!! Nggak akan! Bahkan kalau di dunia ini cuma sisa dia doang! I WILL NEVER EVER EVER FALL IN LOVE WITH HER!!" serunya kemudian bangkit meninggalkan kantin dengan membawa serta minuman kaleng yang baru sempat ia buka.

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang