Kalea duduk di kursinya dengan telinga yang disumbat headphone. Bel istirahat sudah menggema sejak lima menit lalu, tapi ia dan Celin memilih menetap di kelas menemani Summer yang kembali sibuk dengan laptopnya. Gadis blasteran Kanada itu sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan draft terakhir dari proposal International Youth Day-nya. Sejak tadi pagi bahkan, jemari lentik milik Summer tak berhenti menari di atas keyboard.
"Galau terus!!" seru seseorang menggeser headphone sebelah kiri Kalea sembari berbisik nyaring.
Sedikit terlonjak kaget, Kalea menoleh dan mendapati Rainer yang tertawa puas karena berhasil mengusilinya. "Kaget, anjir!!" seru gadis itu sembari memukul bahu sahabatnya. "Ngapain sih lo di sini?!"
"Tuh, nemenin Hannan ngapel," jawabnya sembari menunjuk Hannan yang sudah ambil posisi di sebelah kursi Summer yang kosong.
"Mau aja disuruh-suruh," sewot Kalea kembali fokus membaca novelnya.
Kondisi kelas Kalea saat istirahat cukup sepi. Tak banyak dari mereka yang menetap di kelas selain Kalea, Summer, Celin dan Cedric yang sedang bermain Nintendo Switch. Entah angin dari mana, tapi dua manusia yang kesehariannya bertengkar itu mendadak jadi akur sembari bermain satu permainan digital sejak bel istirahat berbunyi.
"Gue menang!" seru Celin sembari menjulurkan lidahnya mengejek Cedric. Namun pemuda itu acuh dan merotasi bola matanya malas.
Celin memang sudah banyak menang sejak tadi, tapi pada satu game yang sama. Dan nampaknya itu game yang sangat ia kuasai. Karena saat Cedric meminta bertukar permainan, Celin menolak dengan dalih bahwa Cedric tidak bisa mengalahkannya. Padahal kalau sudut pandangnya diubah, Celin lah yang tidak jago bermain game lain.
"Dric! Sini bentar deh," seru Summer dari tempat duduknya.
Meninggalkan stick game-nya di atas meja, Cedric mendekat ke arah Summer dan Hannan. "Apa?"
Di belakangnnya menyusul Celin yang kepo dengan progres Summer sampai-sampai harus memanggil Cedric.
"Kan kemaren lo ngusulin kalau karaoke sama basket ball-nya di satu waktu, tapi menurut gue, agak ribet gitu nggak sih? Takut entar tim kewalahan kalau harus ngehandel dua acara sekaligus. Gue udah coba bagi anggota tapi nggak bisa karena beberapa orang ada yang tanggung jawab di dua acara sekaligus," jelas Summer. Cedric bukan osis, tapi dia penanggung jawab acara youth day yang akan diselenggarakan.
"Lagian kalau dua acara sekaligus, orang-orang pada bingung, mau nonton lo basket apa nonton gue nyanyi," Sambung Hannan.
"Mending nonton gue lah!" balas Cedric.
"Jadi menurut gue, mending karaokenya digabung sama bazar aja," timpal Summer memberi usulan.
"Terus bazarnya kesiangan gitu?" tanya Cedric tak sepaham.
"Ya, dari pagi. Tapi basket lo siangan. Kelar karaoke lanjut basket."
"Ntar kesorean kelarnya."
"Yaelah! Basket lo berapa jam sih emangya?!" celetuk Celin malah ngegas.
"Ya, terserah. Gue sih yang penting jam lima kelar. Jadi tinggal beres-beres," final Cedric.
"Apa sih?" timpal Kalea yang ikut penasaran dengan perdebatan empat manusia itu.
Diikuti Rainer, sepasang sahabat itu membalik kursi menghadap belakang. Bahkan Kalea sudah melepas headphone-nya dengan menggantungkan benda itu di leher. Namun novel yang ia baca masih setia di tangan dia. Sedang Cedric dan Celin ikut mengambil kursi lain untuk dibawa mendekat ke meja Summer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabastala ke Tujuh
FanfictionTerinsipirasi dari "Private school check!" Ini kisah dua belas remaja dalam perjalanan asmara masa muda, yang entah bisa selamanya atau hanya sementara saja. Jangan lupa tinggalkan jejak teman :) ©sshyena, 2020