Hati-hati Dengan Hati

1.9K 263 43
                                    

"Lo gila," umpat Summer kepada Morgan yang berdiri di sebelahnya sembari memperhatikan Hannan dan Ghazam di garis start dengan motornya masing-masing.

Chill sist. Siapa pun yang menang, you will get five million rupiah dari Drake,” balas Morgan sembari mengangkat lima jarinya.

“Tapi masalahnya gue nggak mau pacaran sama Ghazam!”

“Cowok lo pasti menang. Dia satu-satunya yang terbaik di antara kita. Ghazam mah nggak ada apa-apanya.” Tidak salah, namun tidak sepenuhnya benar. Morgan hanya sedikit berbohong untuk menenangkan Summer saja. Memang Hannan cukup baik di race track, tapi bukan yang paling baik hingga menempati nomor satu. Di atas Hannan masih ada Morgan, dan di atas Morgan masih ada Drake. Jadi Hannan memang yang terbaik, tapi di urutan ke sekian. Setidaknya, dia jauh lebih baik dari Ghazam.

“Terus kalau surprisingly Ghazam yang menang?” Summer memberi kemungkin lain yang menurutnya juga masuk akal. Meski sudah dikatakan demikian, yang namanya kebetulan tetap bisa membolak-balikan keadaan.

“Ya, lo bakal pacaran sama cowok yang ada di sampul majalah ELLE. Right?”

Summer merotasi bola matanya. Bicara dengan Morgan hanya buang-buang tenaga. Ia sendiri tak paham dengan jalan pikiran cowok setengah bule tapi nggak bule-bule amat karena yang bule itu kakeknya. Sedangkan orang tuanya sama-sama asli Indonesia. Namun dari cara berpikirnya yang ekstrem itu, Morgan selalu jadi yang tercerdas di Fakultas. Ya, mungkin sudah dari sananya juga dia punya IQ yang tinggi.

Summer tiba di hadapan Hannan. Pemuda itu tengah sibuk memakai sarung tangannya. Wajah tampan dengan kulit yang sedikit gelap kesukaan Summer itu nyaris tertutup semua karena helm yang dikenakan dia. Namun matanya, tetap punya kilau yang tak kalah indah.

“Gue nggak mau tau ya, pokoknya lo harus menang,” bisik Summer takut terdengar Ghazam.

“Segitu pengennya lo jadi pacar gue?” Dengan wajah dan bicara yang tengil, Hannan masih bisa menggoda Summer setelah perseteruan mereka beberapa menit yang lalu.

“Gue cuma nggak mau pacaran sama Ghazam.”

“Tenang aja, Sum. Emangnya lo pernah liat gue kalah balapan?” Hannan telah siap. Sarung tangannya melekat sempurna. Helm terpasang rapi melindungi kepala. Dan yang terpenting, kuda besi kesayangan yang tak pernah sekali pun kalah dalam pertandingan berkacak gagah dengan suara yang tampan.

“Gue bahkan nggak pernah liat lo balapan.”

“Berarti, ini bakal jadi kali pertama lo liat ketampanan gue bersama Jason.” Hannan mengetuk lembut tangki bensin motor bernama Jason itu. Motor yang berbeda lagi dengan yang terakhir kali Hannan kenakan saat di sekolah. Mungkin ini si Jason Jason yang katanya super duper mega star kesayangan itu.

“Terserah!” Jengah. Itu yang selalu Summer rasakan saat bicara dengan Hannan. Namun anehnya, justru ia suka dibuat kesal sampai ingin mengamuk dan menjambak rambut Hannan sebagai bukti cinta. Catat. Bukti cinta.

Sepeninggalnya Summer dari garis start, pertandingan mulai dilaksanakan. Baik Hannan dan Ghazam sudah menyalakan mesin kendaraan agar saat digunakan seluruh perangkatnya telah panas. Berkali-kali Hannan menarik pedalnya memberi tantangan pada Ghazam. Tak lain halnya, Ghazam ikut melakukan hal yang sama. Membuat garis start jadi penuh deru mesin memekakkan telinga.

Drake mulai berdiri di hadapan mereka tepatnya di tengah-tengah jalan. Bukannya ritual, hanya kebiasaan yang harus selalu ia lakukan agar para racer yang menggunakan jalanannya tahu aturan.

Guys, seperti biasa. Here's the rules. Safety first! Jangan curang. Menendang, mendorong, menggunakan senjata, dan menyerempet. Whoever wins, will get five million rupiah from me and the princess's heart." Drake menunjuk Summer yang ada di sisi lintasan. Ia bersedekap dada dengan mata yang tak lepas menghunus tajam Hannan dengan isyarat mengancam.

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang