Pasukan Awan

15.1K 919 69
                                    

Kelima gadis yang terkenal dengan visual luar biasa seantero Ghazanvar tengah duduk di kantin sambil bertukar cerita kecil ditemani snack yang sudah habis setengah. Jam istirahat pertama yang berlangsung sebentar ini mereka habiskan untuk membahas perihal weekend akan pergi ke mana. Quality time in every weekend adalah hal wajib bagi mereka meski lima hari full sudah bertemu di sekolah.

"Jadi, kita mau weekend ke mana?" tanya Gemmi membuka perbincangan mereka siang ini.

"Guys, gue nggak bisa kalau weekend ini," ulang Kalea sedikit memelas.

"Kenapa?" tanya Celin yang duduk tepat di sebelah Kalea.

"Oma dateng," wajah melasnya berubah jadi menyedihkan karena Ayahnya melarang ia untuk keluar selama Oma di Jakarta.

"Jadi gimana?" tanya Summer yang sejak tadi menyimak.

"Weekend depan deh. Gue bisa weekend depan," jawab Kalea lagi.

"Yang lain?" tanya Gemmi memastikan.

Setelah semua pihak yang bersangkutan mengangguk setuju, maka perundingan masalah weekend ini sudah diputuskan jadi minggu depan.

"Cel, ada Cedric sama antek-anteknya," ujar Lingga melihat lima pemuda yang baru saja memasuki area kantin.

"Jangan ngomongin dia, gue benci banget sama tuh orang," jawabnya kesal sementara Kalea dan Summer tertawa melihat ekspresi sahabatnya.

"Kenapa lagi mereka, Kal?" tanya Gemmi yang seakan sudah hapal dengan tragedi bila Celin dan Cedric disatukan.

Kalea menyelesaikan tawanya kemudian menjawab,"Kaus kaki Celin bolong jempolnya," ujarnya kemudian tertawa kembali.

"Kok bisa?" tanya Lingga.

"Digunting Cedric," imbuh Summer masih sambil terbahak.

"Gue tadi emang lagi pakai sendal. Tapi si monyet emang nggak bisa banget liat barang gue diem di tempat," jelas Celin yang membuat teman-temannya ikut menertawakan nasib sial gadis itu.

"Apa lo bilang?!" suara berat itu langsung menyambar pendengaran mereka.

Siapa lagi kalau bukan Pandu Cedric Ghazanvar. Anak dari pemilik yayasan Ghazanvar sekaligus pewaris tunggal Bapak Sofyan Ghazanvar. Pemuda bermata sipit itu langsung menempatkan diri di sebelah Kalea diikuti dengan keempat sobat setianya di belakang.

"Sempit, anjir! Nggak usah nyempil-nyempil bisa nggak sih?!" marah Kalea saat pemuda itu duduk di sebelahnya. Tapi Cedric tak menghiraukan omelan teman sekelasnya dan malah melempar tatapan sengit untuk Celin.

"Celina, ngomong apa lo barusan?" tanyanya pada si gadis yang duduk tepat di hadapan dia.

"Kepo," balas Celin tak acuh.

"Lo barusan ngatain gue monyet, 'kan?" tanya Cedric sekali lagi.

"Merasa lo?" tantangnya menatap si pemuda dengan tajam.

"Ck!" decaknya merasa kesal dengan balasan gadis itu.

"Woi, buruan!" seruan Rainer menginterupsi perdebatan sepasang remaja itu. Mendengar panggilan teman-temannya, Cedric segera berdiri hendak menyusul mereka yang menunggu di dekat tangga.

"Sok cantik lo!" serunya sambil menjambak ujung rambut Celin yang tergerai. Tentu saja itu membuat si empu berteriak kesakitan karena ulah laki-laki itu.

"Sakit Cedric!" serunya memarahi pemuda yang ternyata sudah lari meninggalkan kantin.

Cedric tertawa puas karena lagi-lagi berhasil mengusik Celin. Dua manusia itu memang tidak pernah terlihat akur. Kalau bertemu kerjaannya adu bacot sama kejar-kejaran. Persis seperti Tom & Jerry. Celin sendiri sebenarnya juga sudah gedeg dengan Cedric yang sepertinya tidak punya kerjaan lain selain mengganggunya. Cedric dan Celin itu sudah seperti musuh bebuyutan. Jadi, jangan heran deh kalau nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba mereka saling umpat-mengumpat.

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang