What Is Wrong With You?

2.8K 329 50
                                    

"CEDRIICCCC!!!!" teriakan nyaring itu berasal dari kelas 11 IPA 2 di tengah huru-hara kelas tanpa pengawasan guru.

Si pemilik nama yang diteriaki berlari kencang menuju lapangan dengan membawa sepatu perempuan. Di belakangnya juga ada seorang gadis yang hanya beralaskan sendal dengan wajah murka dan sedikit memerah. Celina Ghiya Izdihar, gadis bungsu dari seorang pengusaha properti yang selalu jadi sasaran empuk keusilan tunggalnya Ghazanvar itu menenteng sepatu yang satunya untuk ia lemparkan pada Cedric. Ini sudah jam terakhir, tapi pemuda bernama belakang Ghazanvar itu kembali mencari gara-gara dengan mencuri sepatunya yang nganggur.

"Sini ambil! Lama banget jalan lo kayak siput!" seru Cedric berlari menuju gedung renang.

Makin murka, Celin berlari mengejar Cedric yang menjulurkan lidah sebelum akhirnya menghilang masuk ke dalam. Celin mengikuti langkah pemuda itu, di depan ia bertemu Miss Karya yang menjaga.

"Eh! Eh! Kamu mau kemana? Tulis absen dulu!" seru miss mencoba menghentikan Celin, namun gadis itu terus saja berjalan seolah tak mendengar teguran itu.

Celin terus masuk hingga ke kolam. Namun di sana sepi tak ada orang sama sekali. Ke mana perginya Cedric beserta sepatu yang ia curi? Gadis Izdihar itu mengedar ke sekeliling berharap bisa menemukan Cedric yang bersembunyi. Namun nihil, pemuda itu tak ada di sana. Lantas gadis itu menatap ruang ganti laki-laki. Ini memang sedikit melanggar norma, namun ia tidak punya pilihan lain selain menerobos masuk. Lagi pula, gedung ini nampak kosong tanpa pengunjung. Perlahan-lahan, Ia masuk ke dalam. Langkahnya sengaja ia pelan kan agar Cedric yang bersembunyi tak dapat mendengarnya. Ia buka satu persatu bilik toilet demi mencari satu lelaki yang membuatkan jengkel.

"Miss, liat ini Celin masuk ke toilet cowok!!" seruan itu membuat si elita menoleh. Cedric keluar dari persembunyiannya sembari mengangkat tinggi sepatu yang ia curi.

Semakin geram, Celin mengejarnya dengan seluruh tenaga yang ia punya. Menyebalkannya, putra tunggal Sofyan Ghazanvar itu justru terbahak kencang sembari mengangkat sepatu Celin seakan menjadikannya umpan. Pemuda itu mengajaknya berlari mengelilingi kolam. Ada dua kolam di sini, dan dia berputar mengelilingi keduanya.

"Cedriiccc!!!" seru Celin mulai geram. Kenapa manusia ini suka sekali menguji kesabarannya? Padahal Celin tak merasa punya masalah atau hubungan yang buruk dimasa lalu dengan keluarga Ghazanvar. Tapi Cedric kerap kali membuatnya naik pitam dengan bersikap usil bahkan menyebalkan.

"Kejar, Cel! Masa segitu doang kemampuan lo!" balas Cedric menoleh sedikit ke belakang.

"Awas lo-Aaaakk!" teriakan itu nyaring disusul bunyi byur yang menggema.

"Cel?!!" seru Cedric membuang sepatu curiannya dan berlari mengejar Celin yang terjatuh ke kolam.

Pemuda itu melompat ke kolam tanpa memikirkan seragamnya yang nanti akan basah. Dalam kepalanya hanya ada bayangan Celin yang jatuh ke dasar kolam karena tidak bisa berenang. Memang benar, saat di air ia melihat Celin kesulitan naik bahkan saat seluruh tenaga telah ia kerahkan. Tubuhnya terus bergerak turun sampai ia kelelahan sendiri. Melihat itu, Cedric makin mempercepat gerak tangan dan kakinya. Sampai akhirnya, lengan gadis itu sudah ada dalam genggamannya. Cedric tarik lengan gadis itu hingga akhirnya tubuh mereka bertabrakan. Lengan kanannya kemudian melingkari pinggang Celin, sedang yang kiri berjuang sekuat tenaga agar mereka bisa naik ke permukaan.

Meski sedikit kesulitan, kepala Cedric dan Celin akhirnya keluar dari air. Gadis yang nyaris pingsan di bawah sana mengambil udara sebanyak-banyaknya diikuti Cedric yang kembali mengatur napas. Lengannya yang memeluk pinggang si jelita belum ia lepaskan. Karena kalau ia lepas, mungkin Celin akan kembali jatuh ke bawah air.

Setelah napasnya kembali baik, Celin menatap Cedric. Tatapan bersyukur itu perlahan-lahan berubah menjadi benci.

"Sialan!!!" serunya sembari memukul kepala Cedric. Tentu ia emosi, ia jatuh ke kolam karena Cedric yang memancingnya ke sini. Dan sekarang seluruh tubuhnya basah. Ia tidak punya baju ganti dan kemeja yang ia kenakan putih.

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang